- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Kamis, 13 Februari 2025 | 17:54 WIB
: Menteri Kebudayaan Fadli Zon (Foto: Dok KemenBud)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 13 Januari 2025 | 22:18 WIB - Redaktur: Untung S - 587
Jakarta, InfoPublik - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menegaskan peran penting Aceh sebagai penjaga nilai-nilai peradaban Islam dan warisan budaya nusantara. Aceh, sebagai satu-satunya provinsi di Indonesia yang mengintegrasikan syariat Islam dengan kearifan budaya lokal, menjadi bukti nyata bahwa harmoni antara agama, budaya, dan tradisi dapat berjalan seiring.
“Aceh terus menjadi model bagi provinsi lain dalam menjaga harmoni antara agama dan budaya,” ujar Fadli Zon dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik pada Senin (13/1/2025).
Dalam upaya mendorong Provinsi Aceh menjadi pusat peradaban Islam di Indonesia, Kementerian Kebudayaan mengidentifikasi total 9.255 Objek Pemajuan Kebudayaan yang tersebar di berbagai daerah di Aceh. Fadli Zon berharap agar semakin banyak warisan budaya Aceh yang dapat diakui sebagai Warisan Budaya TakBenda tingkat nasional, bahkan dunia.
“Berbagai jejak dan tinggalan sejarah yang menandai awal peradaban Islam di Aceh sejak masa Kerajaan Samudera Pasai, tak hanya menunjukkan kontribusi Aceh dalam penyebaran Islam di Indonesia, tetapi juga kejayaan Aceh sebagai pusat perdagangan internasional dan pendidikan agama Islam,” tambah Fadli Zon.
Fadli Zon juga menyebutkan beberapa warisan budaya Aceh yang mendunia, antara lain Tari Saman yang diinskripsi oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya TakBenda, naskah Hikayat Aceh yang ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Dunia UNESCO, dan perayaan Hari Lahir Laksamana Keumalahayati yang juga diakui oleh UNESCO.
Sebagai bagian dari kunjungannya, Menteri Kebudayaan mengunjungi Museum Pedir di Blang Glong, Pidie Jaya, yang menyimpan berbagai benda kuno peninggalan peradaban Aceh seperti manuskrip, mata uang, senjata, keramik, dan artefak lainnya. Selain itu, ia juga mengunjungi Museum Tsunami Aceh dan melakukan silaturrahim dengan Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al-Haytar.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Fadli Zon dan Wali Nanggroe Aceh sepakat untuk bekerja sama dalam menjaga keberagaman budaya Aceh melalui sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, komunitas, dan masyarakat. Kolaborasi ini bertujuan untuk menjadikan budaya Aceh sebagai aset penting bangsa Indonesia.
Sebagai langkah lanjutan, Menteri Fadli Zon meresmikan hasil revitalisasi situs cagar budaya Gunongan dan penataan materi display Rumoh Cut Nyak Dhien. “Revitalisasi ini merupakan upaya literasi dan edukasi untuk memastikan generasi mendatang dapat memahami dan menghargai akar budaya dan agama yang menjadi identitas bangsa, serta mempertegas komitmen dalam melestarikan kebudayaan bangsa yang berakar pada kearifan lokal dan berorientasi pada kemajuan,” jelas Menteri Fadli Zon.
Fadli Zon juga berharap agar Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh dapat memperkuat pendidikan seni dan budaya di Aceh, sehingga dapat berkontribusi pada upaya pemajuan kebudayaan nasional.
“Budaya Aceh akan terus menjadi inspirasi bagi Indonesia dan dunia. Kita memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa jejak sejarah di Aceh, seperti Kerajaan Samudera Pasai, tetap hidup. Tidak hanya dalam ingatan kolektif bangsa, tetapi juga sebagai fondasi peradaban, penggerak pembangunan daerah dan nasional, serta simbol kebanggaan budaya Indonesia di mata dunia,” tutup Fadli Zon.