Satelit SATRIA-1 Dipastikan Diluncurkan Juni 2023

:


Oleh Wahyu Sudoyo, Selasa, 6 Juni 2023 | 20:34 WIB - Redaktur: Untung S - 202


Jakarta, InfoPublik – Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) dipastikan akan diluncurkan ke orbitnya pada Juni 2023 dan mulai beroperasi pada triwulan keempat tahun ini.

“Satelit SATRIA-1 direncanakan akan diluncurkan pada bulan ini pada orbit 106 Bujur Timur dan akan beroperasi mulai pada Triwulan keempat tahun ini,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Sekjen Kominfo), Mira Tayyiba, dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa (6/6/2023).

Menurut Sekjen Mira, Satelit SATRIA-1 merupakan hasil inisiasi Kementerian Kominfo sebagai salah satu proyek strategis nasional.

Untuk mendukung proyek itu, Kementerian Kominfo telah menyiapkan aspek komunikasi pendukung satelit berupa stasiun bumi ground segment di 11 lokasi, yakni Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. 

“Selanjutnya (selain aspek pendukung satelit), pemanfaatan utilitas backbone Palapa Ring adalah sebesar 45 persen dengan Service Level Agreement layanan operasional Palapa Ring sebesar 95 persen,” kata Mira Tayyiba. 

Saat ini Indonesia memiliki sembilan satelit komersial yang kini beroperasi, yang terdiri atas lima satelit nasional dan empat satelit asing, dengan total seluruh kapasitas transmisi sebesar 50 Gbps.

Satelit Satria-1 itu memiliki dimensi tingginya mencapai 6.5 meter dan usia operasionalnya sekitar 15 tahun.

Perakitan satelit Satria-1 dilakukan atas kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Thales Alenia Space, perusahaan manufaktur satelit yang berbasis di Perancis.

Sedangkan untuk produksi roketnya sebagai peluncur satelit berada di Amerika Serikat. Pemerintah menggandeng Space Exploration Technologies Corporation atau SPACEX - perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk.

Proyek Satelit SATRIA-1 dibangun melalui skema perjanjian kerja sama pemerintah dengan badan usaha atau KPBBU. Proyek itu membutuhkan investasi senilai US$545 juta.

Foto: Biro Humas Kominfo