Di Keketuaan ASEAN, Indonesia Perlu Kembali Melihat Ide Hatta soal Bebas Aktif

:


Oleh G. Suranto, Rabu, 25 Januari 2023 | 22:45 WIB - Redaktur: Untung S - 396


Jakarta, InfoPublik – Dosen Hubungan  Internasional Universitas Gadjah Mada, Randy Wirasta Nandyatama, menyatakan dalam Keketuaan ASEAN 2023, Indonesia bisa menerapkan konsep politik luar negeri bebas aktif yang digagas Muhammad Hatta (Bung Hatta).

Hal itu disampaikan Randy dalam Forum Diskusi Denpasar 12 yang digelar secara daring, Rabu (25/1/2023).

Forum Diskusi Denpasar 12 menyelenggarakan kegiatan bertema “Tantangan ASEAN  di Bawah Kepemimpinan Indonesia” dengan menghadirkan narasumber Anggota Komisi 1 DPR RI, Muhammad Farhan, Duta Besar RI untuk Singapura YM. Suryo Pratomo, Direktur Perundingan Perdagangan ASEAN Kementerian Perdagangan, Dina Kurniasari, dan Dosen Hubungan  Internasional Universitas Gadjah Mada, Randy Wirasta Nandyatama.

“Saya punya empat poin kira-kira. Pertama meskipun kita akan mendiskusikan soal tantangan Indonesia di ASEAN dan Kepemimpinan Indonesia tahun ini. Saya rasa tentu kembali untuk melihat apa itu ide Hatta soal bebas aktif," papar Randy.

Kemudian yang kedua, mendiskusikan, kenapa ASEAN menjadi penting,  terus tantangan beberapa poin dalam aspek itu, sudah disampaikan dengan sangat baik oleh Ibu Dina Kurniasari, Bapak YM. Suryo Pratomo, dan Bapak Muhammad Farhan, dan terakhir ia bayangkan apa idealnya, posisi ideal Indonesia kalau berefleksi soal Hatta.

“Ketika kita bicara soal Hatta tentu saja kita pasti mengingat tulisan beliau di antara dua Karang. Menurut saya prinsip itu menjadi salah satu prinsip penting namun agak banyak dilupakan kontennya,” ujarnya.

“Kita mendengar seringkali suara soal bebas aktif, tapi kemudian apa itu mungkin sedikit terlupakan. Beberapa elemen penting di dalamnya yaitu prinsip Indonesia memegang cita-cita untuk menjaga independensi. Elemen yang penting di sini juga adalah komitmen terhadap social justice, ide-ide yang berpihak pada kaum yang termarjinalkan. Itu menurut saya elemen yang penting,” imbuhnya.

Kemudian elemen bahwa Indonesia punya komitmen serius terhadap kebijakan yang antikolonial yang membangun perdamaian, ketiga pragmatisme, dan yang terakhir  prinsip kerja sama.

“Kalau kita lihat prinsip itu memang mempengaruhi kuat bagaimana karakter Indonesia di ASEAN. Indonesia dalam banyak kasus merasa bahwa kemudian menjadi de facto leader.  itu  memberi insentif, inisiatif banyak hal. Itu kalau kita lihat dalam sejarah itu jadi penting, walau juga tampaknya menurut saya ada karakter yang cukup kuat semenjak era Soeharto dan sampai sekarang banyak elemen power thinking yang terus bertahan yang menekankan bahwa dunia itu folentil  dan ASEAN menjadi penting untuk fokus menjaga keamanan,” terangnya.

“Padahal jangan lupa kalau kita kembali ke Hatta, Hatta mengingatkan bahwa urusan fokus ke politik luar negeri Indonesia bukan hanya soal keamanan sebenarnya,  penting untuk kembali ke cita-cita bahwa bijakan politik luar negeri Indonesia harus punya nilai, terutama ke nilai yang berbentuk konstribusi kuat  terhadap perdamaian global dan social justice,  nilai-nilai yang peduli pada nilai-nilai sosial,” ungkapnya.

Sumber Foto: InfoPublik