:
Oleh G. Suranto, Sabtu, 10 Desember 2022 | 19:13 WIB - Redaktur: Untung S - 283
Jakarta, InfoPublik - Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Itje Chodidjah, menyebutkan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) harus terus ditingkatkan. Salah satu melalui edukasi kepada masyarakat. Sebab, menurut dia, berbicara budaya itu bicara peradaban manusia.
"Budaya itu warisan yang beriringan dengan manusia berinteraksi," kata Itje Chodidjah secara daring, Sabtu (10/12/2022).
Menurut Itje Chodidjah, tugas dan fungsi Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO menjembatani kepentingan Indonesia terkait kebudayaan dan informasi. Pelestarian warisan budaya tak benda diatur dalam konvensi 2003 UNESCO.
"Warisan budaya itu praktik, ekspresi, pengetahuan dan ketrampilan yang diakui oleh komunitas, kelompok maupun individu sebagai warisan budaya mereka," terangnya.
"Tujuan konvensi ini untuk melestarikan budaya tak benda," imbuhnya.
Ia menjelaskan, warisan budaya tak benda bukan terkait kepemilikan, tetapi keberadaan budaya itu sendiri. Hingga 2021, menurut dia, ada beberapa warisan budaya tak benda seperti: wayang, keris, batik, angklung, pinisi, 3 genre tari tradisional di Bali, pencak silat dan gamelan.
"Ada yang harus diselamatkan seperti tari Saman, tas noken Papua. Dan pelestarian warisan budaya batik Indonesia," bebernya.
Lebih jauh ia mengungkapkan, proses penetapan warisan budaya tak benda dimulai dari tingkat nasional. Seperti proses pencatatan dan penetapan. "Proses selanjutnya di tingkat internasional mengusulkan ke UNESCO, lalu diusulkan menjadi ICH (Intangible Cultural Heritage) UNESCO," ujarnya.
Dikatakan dia, saat ini ada sekitar 1728 elemen budaya di Indonesia. Sehingga, untuk mengusulkan sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, menurut dia, dibutuhkan setidaknya 3 ribu tahunan.
"Jadi tujuan penetapan warisan budaya tak benda ini untuk kemanusiaan, jadi tidak mengenal batas wilayah. Sebab, bisa saja bila ditelusuri budaya yang sama bisa ditemukan di negara lain," terangnya.
"Tujuan prioritasnya untuk pelestarian. Jadi tidak dipedulikan asal usul budaya itu," imbuhnya.
Sebagai catatan, UNESCO hanya akan menginskripsi 50-55 elemen budaya tiap tahunnya pada daftar ICH UNESCO, sehingga diperkirakan bahwa setiap negara memiliki kesempatan untuk menominasikan satu elemen budaya setiap tahun dengan kemungkinan inskripsi dua tahun sekali.
Penetapan elemen budaya akan dilakukan pada sidang ICH Committee Meeting tiap tahun di bulan November/Desember;
Ia menambahkan, berkas aktif pengusulan tahun 2022 dari Indonesia yakni Budaya Sehat Jamu, yang akan kemungkinan dibahas pada IGC ICH tahun 2023, dan ada 3 berkas lainnya yang masuk sebagai backlog dari pengusulan ICH, diantaranya yakni: 1. Reog Ponorogo; 2. Budaya Tempe; 3. Tenun.
Sumber Foto: Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO