:
Oleh Dian Thenniarti, Kamis, 24 November 2022 | 22:46 WIB - Redaktur: Untung S - 274
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menyebut peran laki-laki sangat penting untuk dapat mencegah bahkan menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia.
Pasalnya, tren tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih terjadi hingga saat ini. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan terdapat 6.856 jumlah kematian ibu pada 2021, meningkat dari sebelumnya 4.197 kematian ibu di 2019.
"Dukungan dan peran laki-laki sangat penting untuk selalu mendampingi, mendukung dan bekerjasama meningkatkan kesehatan ibu dari saat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan seperti menyusui dan pengasuhan," ujar Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, Lenny Rosalin dalam keterangan resminya pada Kamis (24/11/2022).
Oleh karenanya Lenny sepakat jika pelibatan laki-laki dalam mendukung kesehatan ibu perlu menjadi tren baru di masa kini dan masa depan.
"Jumlah laki-laki itu 50 persen dari total penduduk Indonesia. Di sini aspek pencegahan sangat penting. Sekarang ini harus kita gaungkan bahwa laki-laki itu bisa turut menyelamatkan ibu agar tidak meninggal. Sehingga kita harapkan AKI bisa turun dengan kontribusi dan peran laki-laki," ucapnya.
Di samping mencegah risiko kematian pada ibu, Lenny menuturkan ada banyak efek baik dari dukungan dan peran yang positif dari laki-laki, seperti ibu tidak stress selama masa kehamilan, anak yang dilahirkan lebih sehat, dan lebih berkualitas.
"Saya melihat bukan laki-laki tidak mau terlibat, mungkin mereka belum tahu dan paham. Makanya kami perlu siapkan materi advokasi menggunakan bahasa mereka, cara yang mudah dipahami laki-laki dengan bersinergi dan melibatkan berbagai stakeholder terkait. Kami berharap dengan peran laki-laki meningkat, paling tidak kematian ibu dapat dicegah," jelas Lenny.
Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Eni Gustina, menjelaskan ada beberapa penyebab tidak langsung dari kematian ibu, yaitu Tiga Terlambat (3T) :
1. Terlambat memutuskan,
2. Terlambat mencapai tempat pelayanan kesehatan, dan
3. Terlambat mendapakan pelayanan dari fasilitas kesehatan.
Kemudian Empat Terlalu (4T) :
1. Terlalu muda melahirkan,
2. Terlalu tua melahirkan,
3. Terlalu sering melahirkan, dan
4. Terlalu dekat jarak kelahiran.
Untuk itu, sejumlah strategi dilakukan untuk mendorong partisipasi laki-laki dalam penurunan AKI.
Pilar utama dalam menurunkan angka kematian ibu adalah family planning (keluarga berencana) yang tentu membutuhkan peran dan partisipasi laki-laki. Partisipasi dalam penurunan AKI untuk mengatasi Tiga Terlambat dengan partisipasi dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) melalui Suami SIAGA.
"Sedangkan untuk mengatasi Empat Terlalu dengan partisipasi dalam keluarga berencana seperti perencanaan jumlah anak, pengambilan keputusan dalam ber-KB, dan kesertaan dalam KB laki-laki," jelas Eni.
Yayasan Kesehatan Perempuan, Zumrotin K Susilo, mengatakan bahwa pelibatan laki-laki terutama dalam penurunan AKI seharusnya sudah dimulai dari keluarga. Keluarga terlibat dengan menerapkan dan mengajarkan pemahaman gender di keluarga bahwa laki-laki dan perempuan itu harus saling menghormati, saling melindungi dan saling membantu. Diharapkan nilai gender yang sudah dimiliki dapat memunculkan sikap tanggung jawab ketika dewasa.
"Setiap pasangan yang merencanakan akan mendapatkan anak, maka dia harus juga mempunyai tanggung jawab bersama antara perempuan dan laki-laki. Nilai ini sebaiknya sudah ditanamkan di dalam keluarga sejak dini. Perempuan hamil itu perlu kasih sayang supaya emosinya stabil dan dia bahagia, itu perlu sekali jangan sekali-sekali para lelaki melakukan kekerasan dalam bentuk apapun kepada istrinya yang sedang hamil karena itu akan berpengaruh," jelas Zumrotin.
Foto: Kemen PPPA