Penerapan Gizi Seimbang, Kemenkes Lakukan Enam Intervensi

:


Oleh Putri, Rabu, 19 Januari 2022 | 02:48 WIB - Redaktur: Untung S - 392


Jakarta, InfoPublik - Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan gizi terutama gizi kurang (stunting) dan gizi lebih (obesitas). Kedua hal ini berdampak jangka panjang dan jangka pendek serta berpengaruh pada kualitas generasi penerus bangsa.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dhian Probhoyekti, mengatakan perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik.

“Gizi seimbang bermakna luas berlaku pada semua kelompok umur. Penerapan gizi seimbang dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan dan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Dhian dalam konferensi pers virtual Hari Gizi Nasional ke-62 secara virtual, Selasa (18/1/2022).

Selain itu, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur. Kemenkes melakukan intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang.

Dhian mengatakan saat ini Kemenkes berfokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi. Pada intervensi spesifik ada enam intervensi dilakukan, pertama promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA).

Kedua, promosi dan konseling menyusui. Ketiga, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak. Keempat, pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A, kelima penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan, dan keenam tatalaksana gizi buruk.

“Intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas dan Posyandu,” kata Dhian.

Selain upaya pemerintah, peran keluarga terutama ibu berperan penting dalam mencegah anak stunting dan obesitas. Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting sebesar 24,4 persen.

Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam rpjmn 2020-2024, yakni 14 persen. Sementara itu, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen.

Target angka obesitas pada 2024 tetap sama, diangka 21,8 persen. Pemerintah berupaya untuk mempertahankan agar angka obesitas ini tidak naik.

Foto: Kemenkes