Kemendikbudristek Mendorong Kampus Merdeka Lebih Fleksibel

:


Oleh G. Suranto, Rabu, 16 Juni 2021 | 23:25 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 5K


Jakarta, InfoPublik -  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Mitra Kunci kembangkan Program Kuliah Kerja Nyata dan Praktik Kerja Lapangan tematik kewirausahaan (KKN dan PKL TKWU).

“Program-program kewirausahaan kampus merdeka Kemendikbudristek bisa bersinergi dengan program-program Mitra Kunci yang saat ini  sedang berjalan. Kita akan menekankan terutama pada program kewirausahaan kampus merdeka. Jadi seperti kita ketahui saat ini kita menyaksikan program untuk mendorong kampus kita untuk lebih  fleksibel, terutama melalui hak belajar 3 semester, di luar program studi di setiap mahasiswa kita,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Nizam,  pada acara temu media  bertema “Kewirausahaan dan Pengembangan Orang Muda untuk Ketenagakerjaan Inklusif di Jakarta, Rabu (16/6/2021).

Menurutnya, 3 (tiga)  semester tadi bisa berupa seluruh tiga semester diambil lintas program studi,  mahasiswa teknik mengambil jurusan bidang ilmu sosial atau hubungan internasional misalnya,  sebaliknya ekonomi mengambil  jurusan di bidang teknologi,  dan sebagainya ataupun bisa dalam bentuk pengayaan  mata kuliah satu semester  di ambil diluar prodi, dan hingga dua  semester atau 40 SKS di luar kampus.

“Jadi untuk memberikan  pekerjaan lulusan yang lebih tinggi,  sehingga adik-adik nanti ketika lulus  bukan hanya membawa ijazah, IPK dan transkrip, tapi memdapatkan protofolio  yang gemuk, protofolio yang sangat fit dengan  tujuan dunia profesi mereka,” ujarnya.

Disebutkan, melalui 9 (sembilan) macam kegiatan,  peran mahasiswa untuk membangun  semangat Kebineka Tunggal Ikaan adik-adik mahasiswa, sekaligus juga  mendorong mereka  melihat peluang yang luas, dari Sabang sampai Merauke. 

“Bisa adik-adik dari lahir tinggal di Jakarta  dan kuliah di Jakarta  bisa kuliah satu semester, misalnya  di Universitas Syahkuala, biar melihat peluang dan menikmati  kopi Gayo dari sumbernya. Melihat peluang bisnis, melihat peluang ekonomi, disamping membangun persahabatan nasional,” tuturnya.

Kemudian magang  dan pertukaran mahasiswa, ini tidak hanya nusantara, tapi juga internasional. “Tahun ini kita meluncurkan program kampus merdeka, bagi  20 ribu mahasiswa  bertukar antar pulau, dan 1000 kesempatan  bertukar secara internasional.  Ke-4 benua, Eropa, Asia, Australia dan Amerika Serikat,” kata Nizam menerangkan.

Program magang ini  bisa di dunia profesi apapun.

“Jadi kalau adik-adik bercita-cita menjadi  diplomat bisa magang di kedutaan kita, kedutaan asing maupun magang di PBB.  Ketiga ini didukung oleh United Nations (UN), dan UN bersurat ke Mas Menteri  untuk bekerja sama dengan Kemendikbudristek  di dalam memanfaatkan Lembaga-lembaga UN untuk program kampus merdeka,” kata Nizam.

Kemudian mengajar di sekolah.  Saat ini ada 15 ribu adik-adik mahasiswa  berada di 4900 Sekolah Dasar di pelosok negeri.  Selain adik-adik mahasiswa membangun kompetensinya, mereka sambil membawa teknologi.

“Kemarin kita dengar cerita luar biasa sekali,  ribuan adik-adik mahasiswa tadi  harus mengajar di pelosok dengan  keterbatasn akses internet,  bagaimana mereka memanfaatkan teknologi, misalnya  radio amatir  untuk mentramisikan data,  ini adalah luar biasa sekali,” ujarnya.

“Jadi antara invensi, inovasi, kreativitas, kita tambah dengan vision mengajar tentu akan mengakselerasi  pembangunan pendidikan kita kedepan.  Untuk semester kedepan kita siapkan 20 ribu mahasiswa  untuk Program Kampus Mengajar,” tuturnya.

Nizam juga menyebutkan, penelitian juga dibuka seluas-luasnya bagi adik-adik mahasiswa  yang visionnya meneliti,  melakukan penelitian, misalnya mengikuti explorasi laut dalam,  dari LIPI atau mengikuti  pendataan keanekaragaman hayati. 

“Ini tentu selain membangun kompetensi,  juga membangun kesiapan mereka untuk menjadi peneliti unggul, sekaligus membuka professionalisme mereka,  memperkuat profesional mereka. Mereka nanti  ketika lulus   dan membangun semangat kewirausahaan,  mereka  untuk mengisi dunia-dunia penelitian dengan  hilirisasi dari hasil penelitian tersebut,” katanya menambahkan.

Proyek-proyek perikemanusian juga begitu, selama semester kemarin, ribuan adik-adik mahasiswa yang  bergabung dalam program-program kerelawanan  nusantara, baik pada masa pandemic,  maupun untuk bencana alam yang melanda tanah air.

“Juga proyek-proyek kewirausahaan yang  spesifik kewirausahaan yang dibahas pada acara ini.  Kemudian studi atau proyek mandiri, saat ini 3000 adik-adik mahasiswa mengikuti program bangkit bersama, dan menjadi programmer android, dan lain sebagainya. Kalau 3000 adik-adik mahasiswa ini bisa  mendapatkan sertifikat internasional, maka jumlah sertifikat  android programmer Indonesia akan melampaui yang ada di India. Ini terobosan-terobosan yang kita lakukan untuk mengakselerasi SDM Indonesia unggul,” ucapnya.

Kemudian membangun desa  juga sangat relevan dengan  program-program Mitra Kunci. Kini  membangun pedesaan, dan mengimplementasikan  mengawal dana desa dengan Rp. 1 milyar tiap desa, didampingi oleh adik-adik mahasiswa, tidak hanya sebulan dua bulan, tapi ful  5 dan 6 bulan  betul-betul membangun ekonomi dan memajukan desa.

“Program-program kewirausahaan ini sangat perlu, karena kita tahu sebagai negara yang  berkembang dan berinspirasi untuk  menjadi negara maju.  Kita sangat perlu membangun kewirausahaan  secara nasional,  kita lihat dari entepreneurship. Entepreneurship indek kita  ini masih realtif rendah  21, padahal banyak sekali  kewirausahaan di tanah air. Dan yang susah kewirausahaan di tanah air, itu semuanya skalanya masih super mikro.  Jadi baru bisa  menghidupi diri sendiri,  bahkan kembang kempis dari waktu ke waktu.   Ini harus kita akselerasi untuk melahirkan  milinial-milinial  kewirausahaan penghasil unicorn-unicorn  di masa depan,” katanya.

Hampir 90 persen milinial di Indonesia ini berminat pada kewirausahaan.

“Potensi ini harus kita perkuat dengan  akselerasi  agar bisa menghasilkan startup-startup yang hebat  dari kampus kita, bukan menjadi startup  karena terpaksa,  karena setelah lulus membawa ijazah nglamar sana sini gak diterima, kemudian  baru terpaksa buka kewirausahaan, tapi  kewirausahaan yang betul-betul kita plan dari  awal. Kreatifitas mereka kita kawal, vision mereka menjadi  wirausahawan, kita gembleng, kita kenalkan bagaimana mengenali pasar,  membuat produk yang nyambung dengan pasar, survei pasar dan sebagainya, itu kita siapkan sejak mereka masih kuliah dari program-program Kampus Merdeka,” ujarnya.

Program-program di kampus ini,  terutama untuk menyiapkan   adik-adik mahasiswa akan memasuki dunia profesi masing-masing. Kita harapkan lulusan perguruan tinggi ini, betul-betul  menjadi SDM unggul, dan tidak hanya  siap bekerja, tapi juga siap menciptakan pekerjaan,  yang menuju lapagan pekerjaan yang  di era revolusi industri 4.0.

“Nah bagaimana kita menyiapkan itu,  kita rancang dengan utuh  dalam program-program di kampus. Kalau selama ini kewirausahaan ini masih sebagai sambilan, sekarang kita jadikan ful 20 SKS, berbagai bentuk kewirausahaan, kita bentuk plan program  mulai dari workshop  sampai pada pendampingan, dan membuat startup. Startup kita rancang secara utuh didalam kampus  dengan bobot ful satu semester,” tuturnya.