Cegah H7N9, Kemenkes akan Lakukan Simulasi

:


Oleh Putri, Rabu, 13 September 2017 | 19:35 WIB - Redaktur: Juli - 293


Jakarta, InfoPublik - Di Indonesia telah dilaporkan sebanyak 199 kasus flu burung H5N1 dengan kematian 167 kasus dengan angka Case Fatality Rate (CFR) 80 persen. Namun, belum ditemukannya kasus H7N9 pada unggas maupun pada manusia di Indonesia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes mengatakan jalur terbang burung liar dari Tiongkok ke Indonesia maupun perdagangan unggas juga menimbulkan risiko masuknya H7N9 ke Indonesia.

"Maka Kemenkes akan melakukan simulasi penanggulangan Episenter Pandemi Influenza yang ketiga kalinya di Tangerang pada 19-20 September 2017," katanya saat temu media di Jakarta, Rabu (13/9).

Sebelumnya pada 2008 di Desa Dangin Tukadaya Bali dan 2009 di Kelurahan Kassi-Kassi dan Bontomakio yang berfokus di perkotaan telah dilakukan upaya serupa di atas.

"Tahun ini akan difokuskan di empat lokasi utama yaitu Kota Tangerang Selatan (Puskesmas Setu, Kelurahan Setu, Kawasan Puspitek, Pasar Modern BSD, RS Eka, Batan). Lalu RSUD Kota Tangerang, Bandara Soekarno Hatta, dan Pelabuhan Merak Banten," ujar dr. Wiendra.

Ia juga mengatakan alasan pemilihan Tangerang karena munculnya kasus flu burung H5N1 pertama kali pada 2005 lalu ditemukan di sanam Kemudian juga dekat dengan lalu lintas manusia antar negara, antar provinsi sehingga risiko penularan diprediksi lebih tinggi.

Virus Flu burung merupakan jenis influenza yang menyerang saluran pernafasan dan penularan virus bisa melalui udara baik saat orang berbicara, batuk, maupun bersin. Flu burung telah menjadi perhatian dunia dan menimbulkan kekahwatiran global.

Secara global, sampai dengan 15 Juni 2017 total kasus flu burung H5N1 pada manusia di 16 negara mencapai 859 kasus dengan 453 kematian (52 persen). Sedangkan H7N9 pada manusia di Tiongkok sampai 25 Juli mencapai 1.557 kasus dengan 603 kasus kematian dan hingga saat ini masih berlangsung.

"Selama sirkulasi virus masih berlangsung, maka terdapat risiko transmisi virus flu burung tersebut dari unggas ke manusia. Menimbulkan tipe baru karena adanya reassortment maupun mutasi virus," jelas dr. Wiendra.

Nantinya yang akan terlibat dalam simulasi penanggulangan ini adalah semua pihak dari tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, serta pusat. Juga semua fasilitas pelayanan kesehatan, faktor pendukung seperti BNPB, Kemenko PMK, TNI, Polri, dan lainnya. Selain itu akan melibatkan perangkat pemerintah daerah, masyarakat lokal Kelurahan Setu, PMI, Batan, Orari, dan WHO. Sekitar 500 observer dari seluruh Indonesia, dan Organisasi nasional, perwakilan kedutaan besar, dan organisasi yang tergabung dalam perwakilan PBB.