BPPT Kembangkan Teknologi Atasi Krisis Garam

:


Oleh G. Suranto, Kamis, 3 Agustus 2017 | 19:06 WIB - Redaktur: Juli - 334


Jakarta, InfoPublik – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) turut menyoroti isu krisis garam nasional terutama untuk konsumsi maupun industri. Untuk  mengatasi kelangkaan garam, maka dibutuhkan  dukungan infrastruktur di daerah yang memiliki curah hujan rendah.

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Selatan merupakan daerah yang sangat potensial untuk dijadikan sentra produksi garam nasional, mengingat kedua daerah tersebut memiliki curah hujan yang rendah.

“NTT dan Sulawesi Selatan sangat potensial untuk dijadikan sentra produksi garam nasional,” kata Unggul pada acara penganugerahan gelar perekaya utama kehormatan tahun 2017 di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (3/8).

Disebutkan, pembangunan lahan garam terintegrasi akan memudahkan petani panen dengan kadar garam tinggi hanya dalam jangka waktu empat hingga lima hari. Hal itu dilakukan dengan cara membangun reservoir air laut bertingkat dan mekanisasi metode panen.

Selain itu, garam bisa juga dihasilkan produk bittern untuk industri makanan, minuman, dan suplemen. Dengan begitu akan turut menjawab masalah perekonomian. “Sebagai contoh, BPPT telah berhasil pula membuat pabrik garam farmasi pertama di Indonesia dan bahkan penguasaan proses produksi garam pro-analisa,” paparnya.

Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, BPPT memiliki teknologi untuk mengatasi kelangkaan garam.

“Ternyata BPPT itu sudah sangat bisa bikin garam. Selama ini belum, tadi saya lapor Wakil Presiden, saya besok rapat dengan ahli garam dari tempatnya Pak Menristekdikti. Ternyata bisa, murah, biaya rendah. Tanpa melihat cuaca,” ungkapnya.