Sebagai Profesi Pertolongan Kemanusiaan, Pekerja Sosial Harus Profesional

:


Oleh G. Suranto, Sabtu, 29 Juli 2017 | 19:46 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Jakarta, InfoPublik – Sebagai salah satu profesi pertolongan kemanusiaan, pekerja sosial harus berani hadir dan tampil sejajar dengan profesi lain yang serupa, seperti halnya dokter, psikolog, dan kependidikan. Pekerja sosial harus profesional menjadi profesi pertolongan kemanusiaan.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta Susy Dwi Harini, saat mewakili Gubernur DKI Jakarta dalam acara Social Work Forum (Sowrum) ke-IV Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) di Kantor Dinas Sosial DKI Jakarta, Sabtu (29/7).

Disebutkan, permasalahan sosial yang kompleks, seperti kemiskinan, anak jalanan, gelandangan, narkoba menuntut kehadiran pekerja sosial yang handal dan profesional. “Perkembangan profesi pekerja sosial saat ini mulai mendapat pengakuan pemerintah. Di antaranya melalui upaya pembentukan RUU Praktik Pekerjaan Sosial yang harus didorong menjadi Undang-Undang,” ujarnya.

UU tersebut bertujuan agar segala parktik pekerjaan sosial memiliki payung hukum sebagai sebuah profesi. Dengan begitu, ada pengakuan oleh pemerintah sebagai profesi yang profesional.

Oleh karena itu, pihaknya berharap agar pekerja sosial ikut berperan aktif dalam menjadi motor penggerak pembangunan kesejahteraan sosial di DKI Jakarta, sehingga permasalahan sosial yang kompleks itu dapat segera tertangani.

Sementara itu, Siti Napsiyah sebagai seorang akademisi ilmu kesejahteraan sosial, dalam kesempatan tersebut menyampaikan, dalam pengentasan masalah sosial, seorang pekerja sosial harus memegang erat mandat.

“Mandat pekerja sosial adalah memanusiakan manusia. Ada tiga pilar utama yang harus kita miliki sebagai pekerja sosial, pertama pengetahuan, kedua keterampilan, dan ketiga adalah nilai,” paparnya.

Sekretaris Dinas Sosial DKI Jakarta Mariana menyampaikan, di DKI Jakarta diperlukan pekerja sosial yang inovatif, karena masalah sosial di DKI lebih kompleks jadi tidak hanya teori yang diperlukan, namun perlu penanganan khusus.

“Masalah sosial di DKI di antaranya dikarenakan adanya masalah sosial ekonomi, psikologis, budaya, dan sebagainya. Pekerja sosial tidak hanya melakukan rehabilitasi saja, tapi harus juga melakukan upaya preventif,” kata Mariana.

Nurul Eka Hidayati, seorang praktisi pekerja sosial, menambahkan, masalah sosial selama ini bersumber dari bebeberapa aspek yang menunjang kehidupan masyarakat. “Seperti halnya kemiskinan, pada Maret 2017 ada 389,69 ribu orang miskin. Kepadatan penduduk bahwa DKI menempati urutan ke-4 sebagai kota terpadat di dunia. Adanya kesenjangan akses pelayanan, pengangguran, lingkungan, keberagaman, dan teknologi informatif,” ungkapnya