:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 24 Mei 2016 | 10:28 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 751
Jakarta, InfoPublik - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, penanganan darurat banjir bandang di Subang terus dilakukan hingga 7 hari ke depan atau 29 Mei 2016.
Fokus utama selama masa tanggap darurat adalah penyelamatan korban, pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan perbaikan darurat dari dampak banjir banding, kata Sutopo, Selasa (24/5).
Banjir bandang yang menerjang Kampung Sukamukti, Desa Sukakerti, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat pada Minggu (22/5) pukul 21 WIB telah menyebabkan enam orang meninggal, lima luka berat, dua luka ringan, dan 103 KK atau 388 jiwa mengungsi.
Korban meninggal adalah Parni (50), Eni (45), Nabilah (7), Musa (55), Mae (17) dan Rizal (10). Lima korban luka berat adalah Amen (55), Raza (14 bulan), Makmur (47), dan dua lainnya masih pendataan. Sedangkan dua orang luka ringan adalah Angga (1) dan seorang dalam pendataan.
Menurut Sutopo, belum terbentuknya BPBD Kabupaten Subang menyebabkan penanganan darurat dilakukan Satlak PB Kabupaten Subang yang tidak memiliki fungsi koordinasi, komando dan pelaksana seperti yang dimiliki oleh BPBD.
Untuk penanganan darurat, BPBD Provinsi Jawa Barat dibantu oleh TNI, POLRI, Basarnas, TAGANA, PMI dan warga melakukan proses evakuasi dan pencarian korban hilang, ujarnya.
BPBD Provinsi Jawa Barat bersama Basarnas, Satlak PB Kabupaten Subang, TNI, Polri, Tagana, Relawan, PMI dan masyarakat melakukan evakuasi korban selamat ke Balai Desa dan korban luka dibawa ke puskesmas terdekat. Korban meninggal dunia sudah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. BPBD Provinsi Jabar telah memberikan bantuan sandang dan pangan bagi korban berupa tambahan gizi 120 paket, lauk pauk 120 paket, makanan siap saji 120 paket, air mineral 10 dus, dan selimut 50 lembar.
Sutopo mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, dimana potensi hujan ekstrem masih tinggi sehingga banjir dan longsor masih mengancam banyak wilayah di Indonesia.
Apalagi tahun ini La Nina diperkirakan menguat sehingga kemarau basah dimana selama musim kemarau masih banyak hujan, pungkas Sutopo.