:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 24 Mei 2016 | 00:25 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 669
Bandung, InfoPublik - Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-3 pada 23 dan 24 Mei 2016 di Bandung, Jawa Barat.
PIT yang berlangsung di Aula Barat, Aula Timur dan Campus Center Institut Teknologi Bandung ini memfokuskan pada pembahasan pengurangan risiko bencana (PRB) dengan berbagai perspektif pendekatan, seperti aglomerasi PRB, risk warning, ataupun risk communication.
Indikator dalam konteks pembahasan tersebut mengacu pada rumusan absolute risk (AR) dan emerging risk (ER), yang diharapkan sebagai rumusan bersama pada akhir PIT. AR dan ER merupakan elemen yang melekat pada definisi risiko sehingga elemen tersebut sangat berpengaruh pada pendekatan dan strategi PRB di Indonesia.
Seiring dengan konteks tersebut, IABI memiliki kompetensi dan peran, khususnya di bidang keilmuan dalam melakukan riset bencana. Riset tersebut tidak hanya dalam pengembangan keilmuan teknis terkait bencana tetapi juga pendekatan strategis penanggulangan bencana dan arah kebijakan pembangunan nasional 2015 - 2019.
Dalam sambutan pembukaan, Sekretaris Utama BNPB, Dody Ruswandi, mengatakan bahwa pihaknya mendorong peneliti, praktisi, maupun masyarakat peduli bencana dalam melakukan riset.
Dody Ruswandi berpendapat bahwa riset dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia dan ini dapat juga dibagikan kepada komunitas internasional.
Di samping itu, Dody menyampaikan bahwa BNPB telah melakukan berbagai upaya, salah satunya riset dengan melibatkan berbagai pihak. Tantangan saat ini yaitu terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan dokumentasi hasil riset yang belum terkoordinasi dengan baik.
Selain itu, para pelaku penelitian atau pakar yang merupakan potensi sumber daya pengetahuan Indonesia juga masih belum terwadahi dalam suatu koordinasi yang baik, sehingga informasi sebaran peneliti dengan keahliannya masih sulit terjangkau oleh peneliti lain dan para pelaku penanggulangan bencana, termasuk para pengambil kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia, kata Sekretaris Utama BNPB Dody Ruswandi dalam sambutan pembukaannya, Senin (23/5).
Menurutnya, perubahan iklim dan demografi ikut mempengaruhi kejadian bencana. Pada masa mendatang bencana tidak hanya sekedar bencana tetapi dapat mempengaruhi sektor lain.
Untuk itu perlunya kerja sama dengan sektor lain. IABI dapat mendorong penelitian bencana yang dapat berguna bagi negara-negara yang risiko bencananya tinggi, ujar Dody.
Sementara Rektor ITB Kadarsyah mengingatkan, ketika peristiwa tsunami di Aceh telah terjadi kerusakan yang parah yang menjadi pusat perhatian masyarakat di dunia, sehingga untuk pengurangan risiko bencana menjadi prioritas, seperti mitigasi, peningkatan kesiapsiagaan.
Untuk pasca bencana build back better, Kadarsyah melihat Aceh, seperti kapal yang terdampar di atas rumah. “Saya tidak bisa bayangkan kejadian yang begitu parah,” kata Kadarsyah.
Untuk itu, peran penanggulangan bencana untuk pembangunan berkelanjutan dapat mengentaskan kemiskinan, akibat dari bencana alam.
ITB dalam institusi pendidikan, menurutnya, telah menjembatani penelitian dan pengembangan dalam pengurangan risiko bencana. “Seperti industri inovation dan infrastructure agar dapat mewujudkan dampak yang baik dalam penanggulangan bencana,” ujarnya.
Dalam perkembangannya ITB telah banyak meneliti, memetakan wilayah bahaya bencana maupun kajian-kajian science dalam penanggulangan bencana. Seperti kejadian banjir di wilayah Bandung selatan, karena banyak pembangunan rumah di aliran sungai.
Sementara itu, Walikota Bandung Ridwan Kamil menyatakan terus melakukan inovasi dalam mengembangkan kota Bandung menjadi lebih baik.
“Pembangunan Bandung tidak hanya dalam bentuk fisik tetapi adanya nilai manfaat,” kata Emil, sapaan akrab Walikota Bandung Ridwan Kamil.
Untuk itu, lanjut Kang Emil, pihaknya terus bereksperimen dalam pengembangan desa, yaitu dengan penganggaran pembangunan desa secara merata. “Dibutuhkan pemimpin yang bisa berinovasi dan menemukan solusi dalam permasalahan penanggulangan bencana dan tantangannya,” imbuhnya.
Melalui PIT ke-3, Ridwan Kamil berharap, tantangan di atas dapat terjawab dan forum ini dapat melahirkan rekomendasi-rekomendasi, khususnya dalam konteks PRB, yang bermanfaat dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
IABI yang memiliki 12 kelompok kerja berdasarkan jenis bencana merupakan organisasi yang beranggotakan 350 ahli di bidang bencana yang berasal dari para akademisi, birokrat, lembaga riset, para praktisi dan masyarakat peduli bencana.
Organisasi nirlaba yang terbentuk 5 Juni 2014 telah menyusun blueprint dan roadmap riset kebencanaan di Indonesia. Tujuan pembentukan IABI adalah mensosialisasikan perkembangan konsep dan pengetahuan bencana kepada stakeholder di bidang bencana dan melakukan riset bencana yang strategis dan menjadi prioritas nasional, untuk dipublikasikan kepada publik.