- Oleh Tri Antoro
- Selasa, 1 Juli 2025 | 08:10 WIB
: Konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (18/6/2025). (Tangkapan layar zoom)
Oleh Ismadi Amrin, Rabu, 18 Juni 2025 | 15:35 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 247
Jakarta, InfoPublik - Ketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi akibat masih berlangsungnya negosiasi tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah negara serta eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah (Timteng).
Karena itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus di dorong di tengah ketidakpastian global akibat kebuijakan tarif AS dan ketegangan geopolitik tersebut.
Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
"Kondisi ini memerlukan kewaspadaan serta penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," tegas Gubernur BI.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan turut mewaspadai terhadap efek rambatan dari konflik geopolitik di Timur Tengah antara Israel dan Iran, yang berpotensi memberikan dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia.
Sri Mulyani menambahkan, ketidakpastian global juga diperburuk oleh kondisi fiskal Amerika Serikat, di mana di tengah ketegangan geopolitik dan perdagangan internasional, AS tengah mengajukan kebijakan fiskal untuk memperbesar defisit anggaran AS secara signifikan.
Menurut Menkeu, ketidakpastian perdagangan global dan konflik bersenjata yang tengah berlangsung berpotensi memicu lonjakan harga komoditas serta gangguan rantai pasok. Kondisi ini menimbulkan berbagai risiko, antara lain penurunan kinerja ekspor, kenaikan harga komoditas, volatilitas nilai tukar, dan peningkatan risiko suku bunga surat utang, semuanya terjadi di tengah melemahnya perekonomian global.
"Itu kombinasi yang harus kita waspadai karena tidak baik pelemahan ekonomi membuat dampak yang buruk, kenaikan inflasi dan kemudian menimbulkan kenaikan yield. Apakah karena adanya geopolitik atau karena adanya fiscal policy, kedua hal ini menyebabkan dampak kepada seluruh dunia termasuk Indonesia, ini akan juga menggerakkan nilai tukar dan juga suku bunga global" kata Menkeu.
Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian dan moderasi harga komoditas, Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan fiskal Indonesia akan tetap bersifat ekspansif dan pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah, seperti pemberian restitusi untuk menjaga likuiditas dunia usaha, serta paket stimulus bagi UMKM, sektor padat karya, perumahan, dan otomotif.