- Oleh Ismadi Amrin
- Jumat, 20 Juni 2025 | 20:18 WIB
: Menkomdigi Meutya Hafid dalam Bisnis Indonesia Forum “4 Dekade Bisnis Indonesia: Mengawal Perjalanan Ekonomi Bangsa dari Masa ke Masa” di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat (Foto: Humas Kemkomdigi)
Oleh Wahyu Sudoyo, Rabu, 11 Juni 2025 | 13:00 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 241
Jakarta, InfoPublik – Media nasional sebagai mitra strategis negara diingatkan untuk terus menjadi sumber informasi yang baik bagi masyarakat dan bebas dari hoaks serta konten merusak dengan menjaga nilai etik jurnalistik.
Hal ini dikatakan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, dalam Bisnis Indonesia Forum “4 Dekade Bisnis Indonesia: Mengawal Perjalanan Ekonomi Bangsa dari Masa ke Masa” di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat, pada Selasa (10/6/2025).
“Sekali lagi media yang baik, media yang sustain, media yang menjaga nilai-nilai etik jurnalistik itu adalah mitra strategis pemerintah,” tegas Menkomdigi.
Meutya mengungkapkan tiga tantangan utama yang dihadapi industri media nasional di era disrupsi digital, yakni persaingan yang kian ketat dengan platform digital global, fragmentasi audiens yang menuntut personalisasi, dan pergeseran konsumsi ke konten audio-visual.
“Tiga tantangan ini membentuk lima tren utama, sekali lagi tadi saya sudah sebutkan personalisasi konten, monetisasi yang beragam, media tidak lagi bergantung kepada iklan saja. Kemudian tren berikutnya adalah dominasi konten video dan audio, seperti yang saya sampaikan tadi, penggunaan data intensif, lalu keempat dan kelima, kualitas dan kredibilitas, yang tetap menjadi pondasi utama,” jelasnya.
Namun, lanjut Meutya, di balik tantangan itu tersimpan peluang besar. Data menunjukkan total belanja iklan media Indonesia pada kuartal pertama 2024 mencapai USD744 juta (sekitar Rp12,1 triliun).
Angka ini dinilai menjadi indikasi kuat bahwa media nasional masih dipercaya sebagai kanal strategis oleh dunia usaha.
“Jadi untuk di Indonesia angkanya juga tetap besar, meskipun sekali lagi tadi ada tantangan shifting dari media mainstream kepada non-mainstream. Tentu peran Kementerian Komunikasi dan Digital juga menjadi penuh tantangan dalam terus menyemangati teman-teman di media masa,” tutur dia.
Menurut Meutya Hafid, Kementerian Komdigi terus menjalankan tiga agenda utama untuk memperkuat ekosistem media, yakni literasi digital menyeluruh untuk membentuk masyarakat yang cerdas memilih informasi, etika dan tata kelola teknologi, termasuk pengawasan platform dan AI, dan penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) media agar insan pers siap menghadapi disrupsi.
Selain itu, Kementerian Komdigi juga melakukan kerja sama dengan banyak media untuk menciptakan ekosistem media yang baik.
Contohnya adalah dirilisnya aturan hak penerbit atau Publisher Rights untuk terus membantu ekosistem media bisa bertahan dan bahkan bisa menjadi kuat di tengah tantangan yang luar biasa.
Ia juga mengajak seluruh pemangku kepentingan media untuk melihat momentum 40 tahun Bisnis Indonesia sebagai pengingat bahwa media telah dan harus tetap menjadi simpul suara rakyat, penggerak semangat kebangsaan, dan jembatan kemajuan Indonesia.
“Kita harus menjadikan pertemuan ini sebagai titik temu untuk titik tumbuh yang baru bagi media nasional di mana pemerintah, pelaku industri media dan masyarakat harus mengencangkan giat kolaborasi untuk menetapkan kerjasama-kerjasama untuk menjaga ruang publik tetap sehat dan media terus menjadi pilar demokrasi serta penggerak ekonomi bangsa dengan inovatif dan semangat gotong royong,” tandas Menkomdigi.