Layanan Penerbangan Perintis dan Komersial di Bandara Letung makin Diminati

: Layanan Penerbangan di Bandar Udara Letung, Anambas - Riau. Foto : Kemenhub


Oleh Dian Thenniarti, Senin, 12 Agustus 2024 | 09:26 WIB - Redaktur: Untung S - 203


Jakarta, InfoPublik - Bandar Udara Letung (LMU) merupakan bandara domestik di Pulau Jemaja Kepulauan Anambas Propinsi Riau yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

"Bandara Letung kini melayani penerbangan perintis yang disubsidi pemerintah dengan rute Letung-Tanjung Pinang, frekuensi 2x seminggu, dan penerbangan komersial rute Letung-Batam frekuensi penerbangan 5x seminggu," ujar Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Letung, Andy Hendra Suryaka sebagaimana dikutip InfoPublik pada Senin (12/8/2024).

Diungkapkan Andy bahwa berdasarkan data lima tahun terakhir diketahui telah terjadi peningkatan pesawat yang beroperasi, penumpang dan serta muatan bagasi. Pada 2019, terdapat 185 pergerakan pesawat, meningkat menjadi 282 pergerakan di 2023.

"Begitupun dengan pergerakan penumpang, dari 15.272 penumpang di 2019 meningkat menjadi 19.844 penumpang pada 2023. Penurunan pergerakan pesawat dan penumpang hanya terjadi ketika pandemi COVID-19 melanda, dan mulai pulih pada 2022," ujarnya.

Menurut Andy, kehadiran Bandara Letung memiliki multiplier effect yang signifikan dalam berbagai sektor, termasuk industri pariwisata, ekonomi, dan sosial. Dari segi pariwisata, bandara ini mempermudah akses wisatawan domestik dan internasional ke Kepulauan Anambas yang terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan pendapatan daerah.

"Destinasi-destinasi yang sebelumnya sulit dijangkau kini menjadi lebih mudah diakses, menarik minat lebih banyak wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan alam, serta budaya lokal," katanya.

Secara ekonomi, bandara ini mendorong pertumbuhan sektor terkait lainnya seperti perhotelan, transportasi, dan kuliner. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, permintaan akan akomodasi, transportasi lokal, dan layanan kuliner pun meningkat, menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.

Peningkatan aktivitas ekonomi ini juga memberikan efek domino yang positif bagi usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor-sektor tersebut, sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.

"Sebelum adanya bandara, masyarakat mengandalkan jalur laut yang cenderung memakan waktu lebih lama, biasanya mencapai 8-9 jam melalui kapal laut, sedangkan melalui jalur udara dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan saja dengan pesawat udara," tutur Andy.

Gangguan cuaca buruk serta ombak tinggi tersebut menjadikan jalur udara sebagai alternatif bagi masyarakat dan wisatawan menuju Anambas dengan lebih cepat, selamat, aman, dan nyaman.

Dari sisi sosial, kehadiran bandara memperkuat konektivitas antarwilayah, memudahkan mobilitas penduduk, serta mempercepat distribusi barang dan jasa.

Dengan konektivitas yang lebih baik, masyarakat di Kepulauan Anambas dapat lebih mudah mengakses berbagai layanan dan produk dari wilayah lain. Ini berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan integrasi sosial masyarakat di Kepulauan Anambas, memperkuat ikatan sosial dan memperluas jaringan ekonomi, serta sosial mereka.

Yang tak kalah penting, bandara juga mempermudah evakuasi medis bagi pasien dengan kondisi darurat untuk segera mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap di kota-kota besar.

Selain itu, Andy juga menjelaskan bahwa di Kepulauan Riau telah beroperasi Seaplane dengan tujuan Batam - Pulau Bawah yang dioperasikan oleh Airfast, khusus bagi wisatawan yang ingin menikmati liburan secara private.

"Pulau Bawah ini menjadi tujuan wisata premium yang banyak diminati wisatawan asing khususnya dari Eropa. Kalau di Papua Barat Daya ada Raja Ampat, di Kepulauan Riau ada Pulau Bawah," pungkasnya.

Sebagai informasi, Bandara Letung merupakan satu dari sekian bandara yang dibangun sebagai wujud kehadiran pemerintah di daerah terpencil, terluar, tertinggal, dan perbatasan (3TP). Dibangun pada 2014 dan mulai beroperasi pada 2016. Bandara ini diresmikan pada 14 Oktober 2019 oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Kehadiran Bandara Letung diharapkan dapat mempermudah mobilitas masyarakat dari dan menuju Kepulauan Anambas, serta menjadi roda penggerak perekonomian dan membantu dalam pengembangan sosial, budaya, serta pariwisata.

Saat ini Bandara Letung memiliki runway 1600 meter x 30 meter, dan dapat di darati pesawat ATR-72, guna meningkatkan pelayanan dan keamanan di Bandara Letung. Terminal bandara diperluas dari 600m2 menjadi 1200m2, sehingga mampu menampung sekitar 150 penumpang pertahun.

Terminal baru didesain dengan memasukkan unsur kearifan lokal, seperti bentuk bangunan menyerupai sampan atau perahu, dan ornamen ukiran menyerupai ikan napoleon dan batik gonggong yang mencerminkan kekhasan Kepulauan Anambas.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Dian Thenniarti
  • Sabtu, 7 September 2024 | 11:35 WIB
Indonesia Kembangkan Teknologi Lokal Hadapi Ancaman Tsunami di Masa Depan
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Sabtu, 7 September 2024 | 11:34 WIB
BMKG Perpanjang Modifikasi Cuaca di IKN hingga 12 September 2024
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:50 WIB
Garuda Dukung Rangkaian Penerbangan Kenegaraan Paus Fransiskus
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:50 WIB
ICAO Nyatakan Keamanan Penerbangan Indonesia di Atas Rata-Rata Dunia
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:45 WIB
Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi untuk Membangun Transportasi Indonesia
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:43 WIB
Kemenhub Ingatkan Pentingnya Penggunaan AIS di Perairan Indonesia
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:40 WIB
Pemeriksa Kecelakaan Kapal Harus Memahami Peraturan dan Bebas dari Intervensi