Pentingnya Memiliki Sense of Crisis Menghadapi Gejolak Ekonomi Global

:


Oleh Tri Antoro, Kamis, 1 Desember 2022 | 14:32 WIB - Redaktur: Untung S - 559


Jakarta, InfoPublik - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau, seluruh instansi pemerintah harus memiliki perasaan yang sama terkait krisis ekonomi (sense of crisis) dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak. Sehingga, dampaknya dapat diantisipasi di berbagai sektor. 

Adanya perasaan yang sama itu, menurut Presiden akan meningkatkan kewaspadaan bersama dalam menyikapi ketidakpastian global, juga membuat kebijakan yang dirumuskan bisa tepat diambil.

"Kita semuanya harus memiliki sense of crisis. Betul-betul siap dari berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi tanpa kita prediksi," kata Presiden Jokowi dalam keterangan persnya terkait penyampaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023 pada Kamis (1/12/2022). 

Presiden menjelaskan, dengan memiliki semangat yang sama itu Indonesia diyakini akan dapat merespon setiap kondisi ekonomi global dengan strategi yang tepat.

Selain itu, dengan kewaspadaan bersama dapat memanfaatkan peluang yang muncul dari setiap perubahan kondisi global yang terjadi. Sehingga, justru memberikan dampak positif bagi tanah air. 

"Kita harus siap. Bukan hanya untuk mampu bertahan, tetapi juga bisa memanfaatkan setiap peluang yang ada," jelas Jokowi. 

Presiden meyakini, segenap instansi pemerintah terkait dapat melakukan hal tersebut. Berkaca dari pengalaman krisis dari dampak wabah global COVID-19. 

Dari kerja keras yang ditunjukkan oleh masing-masing instansi pemerintah, menjadi bukti Indonesia sanggup tetap bertahan dari dampak pandemi. Bahkan, dengan memanfaatkan peluang, Indonesia menjadi negara terbaik dalam penanganan dampak pandemi, khususnya sektor perekonomian. 

"IMF mengatakan bahwa di tengah dunia yang gelap Indonesia adalah titik terang, itu adalah kerja keras kita semuanya," jelas Presiden lagi. 

Presiden menuturkan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini, inflasi masih bisa dikendalikan di kisaran 5,8 persen. Berbeda, dengan di sejumlah negara yang rata-rata inflasinya mencapai 10 hingga 75 persen. 

Kemudian, kinerja sektor perekonomian Indonesia sangat menggembirakan. Indikasinya, pertumbuhan perekonomian di kuartal II 2022 mencapai 5,44 persen dan pada kuartal III 2022 tumbuh lebih baik menjadi 5,72 persen. 

Sedangkan, dari sektor perdagangan menorehkan prestasi yang baik. Sudah 30 bulan berturut-turut, Indonesia mengalami surplus perdagangan. Pertumbuhan perdagangan dalam negeri dapat mencapai sekitar 58 persen. 

"Kita mengalami surplus perdagangan selama 30 bulan terakhir berturut-turut. Ini juga sesuatu yang harus kita syukuri," pungkas Presiden. 

Foto: BPMI Setpres