:
Oleh Baheramsyah, Rabu, 18 Mei 2022 | 13:31 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 389
Jakarta, InfoPublik - Saat ini Indonesia dan dunia sedang mengalami tantangan krisis pangan, energi, dan iklim global. Untuk menjawab krisis tersebut diperlukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
"Dunia global dan Indonesia sedang mengalami tantangan krisis pangan, energi, dan iklim global. Tantangan dapat diatasi dengan menggunakan teknologi dan tata ruang. Untuk menjawab krisis energi, pangan, dan energi yang terjadi saat ini dan di masa yang akan datang, pengembangan SDM yang berkualitas melalui pendidikan kelautan dan perikanan merupakan strategi yang efektif," ujar Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), I Nyoman Radiarta, mewakili Menteri KKP, pada Simposium Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia (FP2TPKI), Selasa (17/5/2022).
Karena itu, katanya, BRSDM terus melakukan pengembangan SDM melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Pendidikan tersebut dilakukan secara vokasi (70% praktik dan 30% teori) oleh 20 satuan pendidikan tinggi dan menengah.
Biaya pendidikannya disubsidi oleh negara. Sebanyak 55% kuota peserta didik diisi oleh anak-anak pelaku utama kelautan dan perikanan, seperti nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, pemasar ikan, dan petambak garam.
Para lulusannya tidak hanya memperoleh ijazah, tetapi juga sertifikat kompetensi dan keahlian berstandar nasional dan internasional. Mereka dicetak bukan hanya menjadi tenaga kerja profesional, tetapi juga lebih diarahkan sebagai wirausaha.
Adapun, kegiatan pelatihan dilakukan BRSDM melalui enam balai pelatihan dengan wilayah kerja mencakup seluruh Indonesia ditambah 263 mitra Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) di berbagai daerah.
Pelatihan dilakukan secara tatap muka, daring, maupun blended system oleh para pelatih dan instruktur dengan pendampingan oleh para penyuluh di lokasi masing-masing.
Sementara itu kegiatan penyuluhan dilakukan oleh 6.443 penyuluh perikanan di seluruh Kabupaten/Kota se-Indonesia yang bertugas mengawal program-program KKP di lapangan.
Para penyuluh melakukan pendampingan kelompok-kelompok usaha masyarakat kelautan dan perikanan agar meningkat usaha dan pendapatannya.
Nyoman juga menjelaskan upaya-upaya lainnya yang dilakukan BRSDM, misalnya penguatan teknologi dan tata ruang untuk merespon krisis energi, antara lain dengan inovasi Laut Nusantara. Data menunjukkan industri perikanan skala besar telah menghabiskan biaya hingga 60% dan nelayan tradisional menghabiskan biaya 30-50% untuk bahan bakar. Dengan aplikasi Laut Nusantara kegiatan penangkapan ikan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
Hal itu dikarenakan nelayan dapat merencanakan kegiatan penangkapan ikan dengan lebih baik, mulai menentukan secara mandiri lokasi penangkapan ikan terdekat, estimasi kebutuhan BBM, dan estimasi harga jual, dengan tetap mempertimbangkan kondisi cuaca dan gelombang saat bekerja di laut.
Adapun untuk merespons krisis pangan, yang dilakukan KKP antara lain dengan memerangi Illegal, Unreported and Unregulated Fishing, membangun kampung nelayan maju dan kampung perikanan budidaya, serta percepatan pencegahan stunting. Sementara itu, untuk merespons krisis iklim antara lain dengan blue carbon, konservasi, dan penanaman mangrove.