:
Oleh lsma, Jumat, 8 April 2022 | 21:46 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 389
Jakarta, InfoPublik - Konflik Rusia-Ukraina dinilai bakal mengancam pemulihan ekonomi global yang sebelumnya sudah mulai pulih di 2021. Konflik kedua negara tersebut juga semakin memperberat risiko global dan memicu volatilitas dari harga-haraga komoditas utama dunia.
"Kondisi ekonomi dunia sebenarnya sudah mulai mengalami recovery di 2021 yang lalu, namun demikian akhir-akhir ini berbagai dinamika di tingkat global mulai terjadi, terutama potensi stagnasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang cukup tinggi dan kita tahu konflik Rusia-Ukraina memperberat risiko global," kata Sekertaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Sesmenko Perekonomian), Susiwijono Moegiarso, dalam acara Media Briefing: BLT Minyak Goreng di Jakarta, Jumat (8/4/2022).
Susiwijono memaparkan, Organization for Economic Co-operation and Development/OECD (organisasi kerja sama dan pembangunan ekonomi) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi akan turun 1%, dari sekitar 4% menjadi 3%. Sementara inflasi akan naik cukup tinggi, sekitar 2,5% atau dari 4% menjadi 6,5%.
"Kita tahu harga komoditas terus meningkat harga energi dunia, mulai dari gas, batubara, minyak. Harga pangan dunia juga sudah meningkat cukup tinggi, mulai dari CPO, gandum, jagung, dan semuanya terus mengalami peningkatan dan Indonesia tidak luput dari dampak tersebut, baik dampak secara langsung maupun tidak langsung dan ini semacam menjadi situasi yang extra Ordinary lanjutan dari pandemi covid 19 yang sebenarnya di Indonesia sudah mulai mereda akhir-akhir ini,"ujar Susiwijono.
Redam Dampak Kenaikan Harga Komoditas Dunia
Menurut Susiwijono, perkembangan situasi global ini jelas akan membuat tantangan pemulihan ekonomi nasional Indonesia. Karena itu sangat diperlukan berbagai upaya, baik dari sisi supply maupun sisi demand.
Penyesuaian harga komoditas domestik terhadap harga-harga dunia memang perlu terus dilakukan seiring dengan kenaikan harga di tingkat global melalui penyesuaian harga dan pemberian subsidi.
Namun yang sangat penting juga harus bersamaan dilakukan adalah menjaga bantalan sosial, terutama kepada kelompok menengah bawah.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban dan juga menjaga daya beli masyarakat. Dan yang tidak kalah penting adalah menjaga situasi sosial yang kondusif seiring dengan kenaikan kenaikan harga tersebut.
Salah satu yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami kenaikan adalah komoditas minyak goreng. Terjadi beberapa kenaikan harga dan pasokan yang masih belum stabi. Karena itu pemerintah sudah menyiapkan program kepada masyarakat untuk menjaga daya beli masyarakat khususnya terkait dengan minyak goreng.
"Pemerintah sudah menyiapkan program BLT (Bantuan Langsung Tunai) minyak goreng ini yang merupakan bagian dari program PEN yang anggarannya hanya menggunakan anggaran PEN 2022, yang di mana BLT minyak goreng ini ada yang menjadi rumpun dari program bantuan sosial pangan," kata Susiwijono.