- Oleh Dian Thenniarti
- Jumat, 6 September 2024 | 21:43 WIB
: Perwakilan Youth Conference AIS 2023 Engel Laisina dalam diskusi media Road to KTT AIS Forum dengan tema “Langkah Nyata Kelola Laut” FMB9 pada Rabu (4/10/2023)/Tangkapan Layar Youtube FMB9
Oleh Tri Antoro, Rabu, 4 Oktober 2023 | 22:45 WIB - Redaktur: Untung S - 87
Jakarta, InfoPublik - Melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023, kaum muda Indonesia akan menyerukan kepada dunia tentang upaya mengatasi perubahan iklim secara seimbang di wilayah pedesaan dan perkotaan.
Sehingga, upaya penanggulangan dampak negatif perubahan iklim dapat dilakukan secara optimal di masa depan.
Perubahan iklim telah merambah ke berbagai wilayah, termasuk daerah perdesaan juga mengalami dampak negatif perubahan iklim. Seperti yang terjadi di wilayah Kota Ambon, Maluku, telah terjadi kenaikan air laut yang menyebabkan infrastruktur jalan menjadi tergenang.
Sementara itu, upaya penanggulangan perubahan iklim masih terkonsentrasi pada wilayah perkotaan. Disinyalir, hal tersebut membuat upaya penanggulangan perubahan iklim menjadi parsial atau tidak optimal dalam beberapa waktu belakangan.
“Penanggulangan perubahan iklim masif didominasi di wilayah perkotaan,” kata Perwakilan Youth Conference AIS 2023 Engel Laisina dalam diskusi media Road to KTT AIS Forum dengan tema “Langkah Nyata Kelola Laut” FMB9 pada Rabu (4/10/2023).
Betapa pentingnya hal tersebut, lanjut Engel, dalam pertemuan negara-negara pulau dan kepulauan yang akan menghadiri KTT AIS Forum 2023 harus mulai digaungkan upaya penanggulangan perubahan iklim di perdesaan dan perkotaan secara seimbang. Sehingga, upaya masyarakat perkotaan dan perdesaan dalam mengatasi perubahan iklim memiliki porsi yang sama di masing-masing negara kepulauan.
Menurut Engel, perjuangan dalam mengatasi perubahan iklim harus menggandeng banyak negara. Semakin banyak negara yang berpartisipasi akan berdampak positif terhadap penanggulangan perubahan iklim dalam skala internasional. Karena, program penanggulangan perubahan iklim dapat saling melengkapi.
“Ada kesinambungan networking yang harus dilakukan oleh negara-negara kepulauan,” kata Engel.
Engel berharap, kesetaraan program perubahan iklim antara perdesaan dan perkotaan dapat memberikan kontribusi aktif kepada pemangku kepentingan dalam mengatasi perubahan iklim kelak. Pemangku kepentingan dari mulai komunitas dan periset. Keduanya sangat penting dalam terobosan dalam mengatasi dampak negatif perubahan iklim.
Komunitas yang mampu membuat perubahan iklim dari mulai lingkungan masyarakat yang lebih kecil. Dan periset merupakan sosok yang penting dalam perumusan kebijakan atau regulași perubahan iklim yang terjadi.
“Komunitas dan periset sangat dibutuhkan dalam mengatasi perubahan iklim,” pungkas Engel.