Satu Dekade Terakhir, Dana TKD Terus Tumbuh

: Warga melihat Bendungan Pamukkulu yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Jumat (5/7/2024). Bendungan seluas 460 hektare yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi Rp1,83 triliun tersebut dapat mengairi area pertanian seluas 6.430 hektare dan menjadi sumber air baku berkapasitas 160 liter per detik dengan potensi pembangkit listrik tenaga air sebesar 4,3 megawatt. ANTARA FOTO/Arnas Padda/tom.


Oleh Isma, Kamis, 26 September 2024 | 21:08 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 87


Jakarta, InfoPublik - Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Wahyu Utomo mengungkapkan selama satu dekade terakhir kinerja transfer ke daerah (TKD) yang merupakan bagian dari belanja pemerintah terus mengalami pertumbuhan.

"Dana TKD tumbuh signifikan dari Rp33,10 triliun di tahun 2000 menjadi Rp857,60 triliun di tahun 2024," kata Wahyu dalam acara Media Gathering di Anyer, Banten, Rabu (25/9/2024).

Wahyu menuturkan, penyaluran TKD terbukti efektif menurunkan ketimpangan antardaerah dan meningkatkan kemandirian desa. Angka ketimpangan antardaerah dari semula 0,378 di 2014 turun menjadi 0,195 di 2023.

Selain itu, penyaluran dana desa berhasil meningkatkan jumlah desa mandiri dari 310 desa di tahun 2018 menjadi 17.203 desa di tahun 2024. Jumlah desa tertinggal juga tercatat menurun dari 27.860 desa di 2018 menjadi 6.100 desa di 2024.

Wahyu menegaskan, dampak belanja pemerintah terhadap kinerja fiskal tak kalah gemilang. Kinerja APBN mencatatkan tren membaik dan pendapatan negara juga meningkat. Rasio penerimaan pascapandemi meningkat, dari 10,67% PDB di tahun 2020 naik menjadi 13,32% di 2023. Rasio utang pascapandemi juga menurun dari 39,37% PDB di tahun 2020 menjadi 39,21% dari PDB di 2023.

Keseimbangan primer di 2023 juga mencatatkan performa prima dengan kembali berada pada posisi positif setelah minus selama 12 tahun beruntun. Defisit pun relatif semakin terkendali, di masa prapandemi rata-rata 2,2% PDB dan pada 2023 berada di level 1,61% PDB.

“Defisit yang semakin terkendali, artinya risikonya semakin terkendali. Esensi APBN yang sehat adalah produktivitasnya lebih tinggi daripada risikonya. Kalau sekiranya bisa kita kendalikan lalu produktivitas kita dorong, artinya itu sustainable, tidak hanya jangka pendek, tapi jangka menengah dan panjang,” pungkasnya.