:
Oleh Eko Budiono, Senin, 1 Mei 2023 | 05:50 WIB - Redaktur: Untung S - 222
Jakarta, InfoPublik - Keketuaan Indonesia pada Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berada pada titik sejarah yang penting
Hal tersebut disampaikan Akademisi Universitas Indonesia (UI), Shofwan Al Banna Choiruzzad, melalui keterangan tertulisnya yang dilansir Antara, pada Minggu (30/4/2023).
"Setidaknya, ada tiga hal yang membuat ASEAN Chairmanship Indonesia menjadi penting," kata Shofwan yang juga Sekretaris Eksekutif Pusat Studi ASEAN Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI.
"Pertama, dunia, termasuk kawasan Asia Tenggara, masih berada dalam situasi pemulihan pascapandemi dan perlambatan ekonomi global," kata Shofwan.
Asia Tenggara sebagai salah satu dari sedikit titik pertumbuhan dunia menjadi kawasan yang penting untuk membantu pemulihan global.
Kedua adalah ketegangan geopolitik meningkat, terutama di kawasan Indo-Pasifik di mana negara-negara ASEAN berada di dalamnya.
Ketiga, kata Shofwan, di tengah dua tantangan besar tersebut, ASEAN menghadapi tantangan dari dalam yang sangat kompleks, seperti krisis di Myanmar.
Untuk itu, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023 harus bisa menerjemahkan ASEAN Outlook on Indo-Pacific.
"Termasuk dalam kerja sama-kerja sama yang konkret dan berdampak pada sentralitas ASEAN di Indo-Pasifik," ujarnya.
KTT ke-42 ASEAN 2023 yang akan digelar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 9-11 Mei mendatang itu memiliki delapan agenda pertemuan.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, ada delapan pertemuan pada KTT ke-42 ASEAN itu yang digelar dalam format pleno dan retreat, tujuh di antaranya akan dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
Rangkaian KTT akan dimulai pada 8 Mei dengan Senior Official Meeting dan dilanjutkan dengan pertemuan tingkat Menteri luar negeri pada 9 Mei. Pertemuan puncak akan digelar pada 10-11 Mei 2023.
Logo Keketuaan ASEAN 2023 di Jakarta. Foto: ANTARA