Bahan Pangan Indonesia Surplus di Saat Negara Lain Krisis

:


Oleh Taofiq Rauf, Kamis, 7 Juli 2022 | 14:50 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 838


Siaran Pers
Kementerian Komunikasi dan Informatika

Jumat, 6 Juli 2022

Tentang

Bahan Pangan Indonesia Surplus di Saat Negara Lain Krisis

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fadjry Djufry, mengungkapkan, Indonesia cukup beruntung lantaran kebutuhan pangan dalam negeri masih terpenuhi. Bahan pangan pokok seperti beras justru mengalami surplus dan dapat diekspor ke negara lain.

"Untungnya Indonesia ini surplus padi. Kita harapkan memang sebagian kita ekspor untuk memenuhi kebutuhan negara tetangga," ujarnya saat ditemui di Bali, Rabu (6/72022).

Fadjry mengungkapkan, sejumlah negara saat ini mengalami krisis pangan akibat dinamika global. Tiap negara itu, sebutnya, memiliki strategi yang berbeda untuk menghadapi kondisi tersebut.

Perubahan iklim juga dinilai sebagai salah satu sebab terjadinya krisis pangan. Akibat tak menentunya cuaca, sejumlah negara mengalami hambatan dalam produksi bahan pangan.

"Karena perubahan iklim, terjadi keterlambatan produksi, yang biasanya mereka tanam satu tahun bisa dua kali, jadi hanya satu kali, atau bahkan tidak sama sekali," kata Fadjry.

Hal itu kemudian mendorong sejumlah negara penghasil komoditas pangan tertentu menahan kegiatan ekspor. Ini dilakukan untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri.

Kondisi tersebut, kata Fadjry, memperburuk status pangan dunia dan menimbulkan ancaman krisis. Guna menekan dampak krisis pangan yang berkepanjangan, maka diperlukan upaya bersama dan kolaborasi yang kuat.

Karenanya, forum G20 kali ini juga memperkuat upaya kerja sama dan kolaborasi tersebut. Dalam Meeting of Agriculture Chief Scientist (MACS) yang menjadi bagian dari Agriculture Working Group (AWG) Presidensi G20 Indonesia misalnya, berfokus pada mempertajam kemampuan mengatasi ancaman krisis pangan.

"Jadi kalau bicara pangan, kita belajar dari negara tetangga yang sama agrarisnya. Kalau padi, ya yang cukup maju seperti Jepang, Korea, Tiongkok," imbuh Fadjry.

"Indonesia punya ekosistem yang sangat lengkap, dari lahan irigasi, lahan kering, lahan hujan, lahan rawa dan sebagainya. Itu yang tidak dimiliki beberapa negara. Jadi sebagian kita adopsi yang mereka lakukan, dan sebagian kita lakukan penyesuaian," tambahnya.

Dalam MACS G20, pemanfaatan teknologi untuk mendukung kinerja sektor pertanian di belahan dunia menjadi salah satu butir komunike dari pertemuan para ahli di bidang agrikultura.

Dia menambahkan, penggunaan teknologi di sektor pertanian mampu mendukung upaya ketahanan pangan, baik di level domestik maupun global. Indonesia misalnya, berhasil mengamankan kebutuhan beras dalam tiga tahun terakhir juga didukung oleh pemanfaatan teknologi.

"Jadi bisa dibayangkan kalau tidak ada intervensi teknologi, tidak mungkin kita bisa swasembada," kata Fadjry.

Draf komunike dari MACS G20 sedianya telah disusun dan disiapkan. Keputusan bulat mengenai poin-poin yang ada di dalam komunike itu akan ditentukan pada Rabu (6/7/2022).

Foto: Antara