Sekditjen Hortikultura Kementan RI Kunjungi Kota Solok

:


Oleh MC KOTA SOLOK, Minggu, 19 Maret 2023 | 18:53 WIB - Redaktur: Fajar Wahyu Hermawan - 193


Solok, InfoPublik – Kota Solok kedatangan tamu istimewa dari Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, Sabtu (18/3). Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Muhammad Taufiq Ratule, M.Si melakukan kunjungan kerja sekaligus melakukan monitoring kegiatan pengembangan komoditi hortikultura di Kota Solok.

Kunjungan Sekditjen Hortikultura didampingi oleh Kepala Bidang Hortikultura Dinas Perkebunan Tanaman Pangan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Sumatera Barat beserta rombongan yang terdiri dari Sub Koordinator Buah dan Florikultura, Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Staf Bidang Hortikultura.

Kunjungan ini merupakan salah satu agenda kerja Ditjen Hortikultura yaitu melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan kegiatan di daerah, sekaligus melakukan survey persiapan lokasi-lokasi yang akan dikunjungi pada perhelatan Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke-XVI, berdasarkan rencana akan digelar pada bulan Juni 2023 mendatang.

Kunjungan diawali dengan temu ramah di Rumah Dinas Walikota Solok. Wako Solok, H. Zul Elfian Umar, S.H. M.Si menyambut hangat kedatangan Sekretatris Ditjen Hortikultura beserta rombongan.

Pada kesempatan ini, Wako mengarahkan kepada instansi terkait yakni Dinas Pertanian Kota Solok, untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan komoditi hortikultura terutama di wilayah Payo karena secara agroklimat daerah ini begitu cocok untuk pengembangan tanaman pertanian khususnya komoditi hortikultura seperti tanaman hias, tanaman biofarmaka dan tanaman sayuran lainnya seperti cabe dan bawang merah.

Bertolak dari rumah dinas Walikota Solok, Sekditjen Hortikultura beserta tim dari DPTPH Sumatera Barat dipandu ke kawasan krisan dan kampung tanaman obat di Payo oleh Kepala Dinas Pertanian Kota Solok, Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan, Kepala Bidang Penyuluhan, Koordinator Penyuluh Pertanian Kota Solok, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Lubuk Sikarah, dan staf Dinas Pertanian Kota Solok.

Kepala Dinas Pertanian Kota Solok, H. Zulkifli, SP bertekad akan memaksimalkan pengembangan usaha pertanian di Kota Solok, salah satunya pengembangan tanaman hias di kawasan Agrowisata Batu Patah Payo.

“Kita telah mengembangkan tanaman hias krisan di Agrowisata Batu Patah Payo, ke depannya kita juga akan menonjolkan tanaman hias lainnya, dan kita sedang mencoba mengembangkan Anthurium, Impatiens, Spathoglottis dan Alpinia di green house yang kita punya,” tutur Kepala Dinas yang berlatar belakang Penyuluh Pertanian ini.

“Ke depannya, Payo tidak hanya dikenal sebagai penghasil tanaman krisan tetapi juga dikenal sebagai produsen tanaman hias lainnya yang juga bernilai ekonomis,” tandasnya.

Selain sebagai kawasan krisan, masyarakat Payo juga telah mengembangkan tanaman biofarmaka seperti kunyit dan jahe. Semenjak tahun 2020, Kota Solok hampir setiap tahun mendapatkan paket bantuan kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat melalui anggaran pendapatan belanja Negara (APBN) baik dari pusat langsung maupun dana tugas pembantuan dari provinsi.

Sekditjen Hortikultura cukup senang melihat pelaksanaan pengembangan komoditi hortikultura di Payo, Kota Solok. Menurutnya, sampai tahap ini, Kota Solok cukup berhasil dalam mengembangkan tanaman hias krisan. Pengelolaan periode tanam disesuaikan dengan permintaan pasar, karena dalam pengembangkan tanaman pertanian sebaiknya adalah tanaman yang telah jelas pasarnya.

“Berusaha tani haruslah berorientasi bisnis, ke depannya Kota Solok bisa seperti Tomohon yang telah lebih dulu mengembangkan tanaman krisan dan telah mengekspor bunga krisan ke Jepang, namun butuh waktu dan usaha yang serius serta berkesinambungan,” imbuhnya.

Selain tanaman hias, Sesditjen Hortikultura juga terpukau melihat hasil produksi tanaman biofarmaka yakni kunyit.

“Kunyit ini termasuk kualitas unggul karna melihat ukuran rimpang yang dihasilkan sangat besar (jumbo), untuk ukuran, rimpang yang diolah oleh produsen-produsen jamu di pulau jawa tidak sebesar ini,” ungkapnya. (MC-KotaSolok)