Pemkab Belu dan Pemprov NTT Gelar Rakor Tim Pengendalian Inflasi Daerah

:


Oleh MC KAB BELU, Jumat, 25 November 2022 | 21:05 WIB - Redaktur: Juli - 245


Belu, InfoPublik - Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Belu, Johanes Andes Prihatin dan Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi NTT, Jusuf L. Rupidara memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten Belu, di Lantai 1 Kantor Bupati Belu, Kamis (24/11/2022).

Sekda saat membacakan sambutan Gubernur NTT mengatakan, Rakor TPID di Kabupaten Belu merupakan bentuk tanggung jawab dalam menjaga putaran roda perekonomian.

"Kondisi Inflasi didorong oleh kenaikan beberapa komoditas makanan seperti daging ayam ras, ikan kembung, sawi putih dan sawi hijau. Selain itu, bensin juga masih menjadi penyumbang inflasi pada Oktober, seiring dengan base effect akibat kenaikan harga bensin yang baru berlaku sejak 3 September 2022," papar Sekda.

Lebih lanjut dijelaskan, dalam rangka pengendalian inflasi di Provinsi NTT, Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan beberapa kegiatan berupa kunjungan kerja Gubernur dalam rangka kegiatan High Level Meeting (HLM) TPID di Pulau Flores dan Lembata.

"Upaya untuk menjamin apa yang disebut 4K yaitu Ketersediaan Stok, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga dan Komunikasi yang efektif terus dilakukan tidak lain untuk memastikan masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan harga yang terjangkau," katanya.

Gubernur NTT juga mengajak pemerintah, swasta maupun masyarakat umum untuk bekerja keras dan cerdas meningkatkan produksi dan produktivitas dengan cara-cara yang efektif, efisien, produktif dan inovatif.

"Tingkatkan produksi dan produktivitas kita pada semua sektor kehidupan dapat mencapai disebut kemandirian ekonomi. Saya mengajak semua untuk mau menggunakan produk-produk dalam negeri dan produk-produk lokal NTT," tandasnya.

Ada berbagai macam produk lokal NTT yang relevan dalam menopang perekonomian seperti pangan lokal sebagaimana tertuang dalam Instruksi Gubernur NTT Nomor : BU, 556.49/Parekraf/2019 tentang Pemanfaatan Produk Lokal Daerah Nusa Tenggara Timur.

Disebutkan seperti kopi lokal, teh kelor, gula semut lokal, sabun yang bahan bakunya berasal dari garam lokal NTT, dan shampo yang bahan bakunya berasal dari gula lontar NTT, dan makanan ringan (kudapan) yang bahan bakunya berasal dari hasil pertanian di NTT.

Ada juga gula produk lokal NTT seperti gula lontar cair/gula air, gula lontar padat/lempeng, kelor, makanan olahan jagung, olahan daging, ikan dan lain-lain.

"Semua itu dapat membantu memecahkan persoalan ketercukupan stok dan juga menekan tingkat pengeluaran. Intinya ialah jika sesuatu itu ada di daerah kita mengapa pula kita datangkan dari luar," ucapnya.

Menurutnya, inflasi yang bermasalah tentunya tidak diinginkan dan harus berupaya keras sedemikian rupa agar inflasi tetap terkendali dengan baik, dan ini secara khusus merupakan tanggung jawab TPID dan secara umum tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.

"Tentunya TPID sendiri akan meningkatkan kinerjanya dengan cara-cara yang sistematis dan inovatif, mengajak kita untuk selalu menjaga keseimbangan dalam tata kelola perekonomian agar produksi, distribusi dan konsumsi kita berada dalam suatu stabilitas dan mendorong dinamika yang tinggi," ujarnya.

Sekda Belu juga mengajak semua pihak untuk membangun koordinasi dan kolaborasi dengan baik di antara berbagai pemangku kepentingan. "Kembangkan spirit optimisme dan antusiasme yang tinggi percayalah perekonomian kita terus berkembang mewujudkan kehidupan yang sejahtera. Jangan panik, jangan serbu dan jangan timbun karena semua itu akan berpengaruh negatif terhadap inflasi," imbau Sekda. (prokopimbelu).