Tradisi Nyadran Suro di Makam Kiai Kramat, Berdoa Demi Kesejahteraan dan Ketentraman

:


Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Rabu, 10 Agustus 2022 | 07:54 WIB - Redaktur: Tobari - 7K


Temanggung, InfoPublik - Embun pagi mulai menguap diterpa sinar mentari dan burung-burung berlompatan diantara dahan sambil bernyanyi riang, menyambut kedatangan warga yang akan menggelar tradisi nyadran Suro di Makam Kiai Kramat, Selasa (9/8/2022).

Terlihat warga beriring menuju makam Kiai Kramat yang berada di perbukitan di Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, untuk berdoa dan bersyukur. Anak-anak, tua muda, lelaki dan perempuan datang bersama.

Warga membawa tenong berisi nasi putih, ingkung ayam jantan, jajan pasar dan berbagai jenis makanan tradisional serta buah. Tenong tersebut dipikul dan sebagian dijinjing.

Tidak hanya dari delapan dusun di Desa Tlogopucang, peserta nyadran juga dari luar desa, terutama warga yang mempunyai leluhur di desa tersebut. Mereka berharap mendapat berkah, limpahan rezeki dan kesehatan dalam kehidupan.

Kepala Dusun Tlogupucang Tengah, Adhani mengatakan, awal mula sadranan berasal dari nadhar dari warga Tlogopucang di zaman awal kemerdekaan.

Nadhar itu menyebutkan akan menggelar sadranan, jika Belanda sudah pergi dari Desa Tlogopucang dan tidak menjajah kembali. "Makanya karena Belanda sudah tidak menjajah lagi, tiap tahun digelar sadranan di makam Kiai Kramat," katanya.

Ia mengatakan, sadranan sekaligus untuk menjalin kerukunan dan kegotongroyongan, serta menanamkan kearifan lokal pada generasi penerus. Kearifan itu seperti mencinta dan menjaga keasrian lingkungan alam.

Seorang sesepuh, Sudarno mengatakan, semula sadranan digelar pada 10 Suro, tetapi karena banyak warga yang menjalankan ibadah puasa Asyura kemudian digeser pada 11 Suro.

"Kami berharap, dalam kehidupan ini meningkat kesejahteraan, selalu sehat, mendapat rezeki banyak dan selalu dalam ridho Allah," tuturnya.

Sementara itu, pada tradisi nyadran diawali dengan doa bersama dipimpin oleh pemuka agama setempat, untuk selanjutnya makan bersama dari tenong yang dibawa. Tiap satu keluarga membawa satu tenong. Mereka berbagi makanan.

Anggota Komisi D DPRD Kabupaten Temanggung Bejo Tursiyam mengatakan, sadranan sebagai even adat harus dilestarikan dan selama ini telah mendapat dukungan dari pemerintah, baik pemkab maupun pemerintah desa.

Harapan tahun ke depan bisa lebih atraktif dan mengundang wisatawan. "Even sadranan adalah internalisasi nilai-nilai kearifan lokal, sehingga harus terus berjalan," katanya. (MC.TMG/aiz;ekp;ysf/toeb)