Kemendikbudristek Lepas 13.371 Mahasiswa Magang dan Studi Independen Bersertifikat

:


Oleh G. Suranto, Rabu, 25 Agustus 2021 | 11:51 WIB - Redaktur: Untung S - 855


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar National Onboarding bagi para mahasiswa yang terpilih sebagai Kandidat Peserta Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) secara virtual. Sebelumnya, para peserta telah ditetapkan 18 Agustus 2021 lalu.

National Onboarding bertujuan untuk membekali mahasiswa kandidat untuk mempersiapkan diri mengikuti rangkaian MSIB dan menandakan dimulainya MSIB. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim resmi melepas para mahasiswa sebagai penanda dimulainya program ini.

Mendikbudristek mengatakan, bangga pada para peserta. “Selamat kepada 13.371 mahasiswa dari 553 perguruan tinggi yang berhasil terpilih. Saya juga mengucapkan selamat kepada Bapak/ Ibu Dosen atas pencapaiannya. Keberhasilan ini barulah awal perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Angka 13 ribu masih kecil dibandingkan total delapan juta mahasiswa Indonesia yang berhak menikmati Merdeka Belajar,” ucap Menteri Nadiem, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Rabu (25/8/2021).

“Bapak/ Ibu pelaku usaha dan industri, saya harap kolaborasi bersama perguruan tinggi dapat terus diperkuat. Saya yakin, program ini akan menjadi tempat belajar yang akan menghasilkan talenta-talenta yang dibutuhkan industri dan menyiapkan anak-anak kita lautan terbuka profesional,” tutur Mendikbudristek.

Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Nizam pada acara yang digelar Senin (23/8) tersebut, menyampaikan, kolaborasi adalah kunci guna menutup kesenjangan antara dunia kerja dan perguruan tinggi. “Masa depan terletak pada talenta. Education creates talent and talent creates future,” ucap Nizam.

“Maka, tugas kita bersama memastikan dunia profesional, industri, dan ekonomi kita berkelanjutan. Kita harus menyiapkan talenta dalam jumlah besar. Ini tidak dapat dilakukan sendiri. Kita membangun ekosistem untuk bergandengan tangan. Ini pilihan optimal untuk menyiapkan sarjana unggul,” terang Nizam.

Nizam menambahkan, kompetensi yang diperoleh melalui MSIB adalah kompetensi yang tidak diperoleh di perguruan tinggi. “Sesuai semangat membangun pool talenta yang kompetitif dan berkompetensi komprehensif, maka talenta tidak hanya memeroleh teori, tapi juga dari dunia praktik,” ucap Nizam.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Bank Indonesia Institute, Arlyana Abubakar, mengungkapkan bahwa MSIB merupakan inovasi pembelajaran yang sangat dibutuhkan di era globalisasi. “Ini merupakan kolaborasi yang baik antara industri dan perguruan tinggi. Insyaallah, perguruan tinggi menguatkan konten, dan industri menguatkan kontekstualnya. Sehingga, nanti mahasiswa lebih siap ketika menjadi pegawai di perusahaan,” ucap Arlyana.

Arlyana juga mengapresiasi pendekatan Kemendikbudristek yang berbasis riset. “Ini memberi peluang mendapat kandidat terbaik. Kita sendiri menyeleksi 7.556 peserta dan mendapatkan 103 peserta. Pendekatan dilakukan berdasarkan riset sehingga transparan dan memberi keleluasaan pada mitra untuk memberlakukan kriteria seleksi. Kita juga akan terus monitor dan sinkronkan program ini bersama Kemendikbudristek agar berjalan lancar,” tutur Arlyana.

Senada dengan itu, Chief People Officer Lazada, Evelyn Yonathan, menilai para mitra industri sudah berkomitmen pada Kampus Merdeka sebagai investasi masa depan Indonesia. “Lazada sudah menyiapkan program komprehensif, dan kami sudah melakukan onboarding 81 mahasiswa di Lazada Capital Place,” ungkap Evelyn yang menegaskan onboarding yang digelar Lazada tak hanya secara umum, tapi menjawab soal keterampilan yang dibutuhkan.

“Para pengajar jangan khawatir, kami pasti didik anak-anaknya agar ke depan bisa menjadi aset negara. Terus terang, di industri profesional saat ini, kami merasa kekurangan suplai tenaga kerja berkualitas. Kompetisi talenta sangat sengit pada saat ini, dan talentanya itu-itu saja. Sulit menemukan talenta baru, terutama di industri teknologi, di mana regenerasi sangat cepat,” ucap Evelyn.

Kolaborasi Kunci Penyiapan Talenta Inovatif

Nizam juga mengakui bahwa dalam era inovasi dan disrupsi, kreativitas dan adaptasi harus terus digelorakan. “Kampus harus berinovasi untuk mengejar jarak dengan negara maju, baik dalam riset, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, menurut teman-teman kita di industri, mereka butuh talenta inovatif. Maka, mari kita gerakkan kampus-kampus kita berinovasi bersama pemerintah dan industri lewat Kedaireka,” tutur Nizam menyebut platform kedaireka.id, suatu inisiatif Kemendikbudristek memacu kolaborasi perguruan tinggi dan dunia usaha-dunia industri (DUDI) yang diluncurkan beberapa waktu lalu.

Nizam menjelaskan, bahwa untuk program-program MBKM di tingkat nasional, Kemdikbudristek yang akan melakukan kurasi dan memastikan bahwa mahasiswa yang mengikuti program tersebut memperoleh konversi 20 SKS. Namun demikian, untuk program-program MBKM di perguruan tinggi, masing-masing perguruan tinggi memiliki fleksibilitas untuk melakukan konversi SKS. Ukurannya, dijelaskan Nizam, adalah mahasiswa yang mengikuti program MBKM harus mendapat nilai tambah yang tidak kalah dengan yang mereka peroleh di dalam kelas untuk setiap SKS yang dikonversikan.

“Ukurannya adalah kualitas dan yang menentukan adalah rektor. Rektorlah penanggungjawab kualitas program-program MBKM di masing-masing perguruan tinggi,” jelas Nizam.

Senada dengan itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Wikan Sakarinto mengungkapkan, bahwa program ini merupakan solusi inovatif untuk memastikan link and match antara produksi talenta dengan kebutuhan industri. “Di Ditjen Vokasi, kami ada delapan program link and match, di mana kurikulum dan project-based learning dilakukan bersama industri. Kemendikbudristek melakukan berbagai inovasi, bahkan mendukung dosen magang ke industri atau pelatihan ke luar negeri,” ucap Wikan.

Dirinya juga yakin, MSIB akan memberi maslahat pertumbuhan ekonomi dan produktivitas bagi industri. “Inilah tantangan bagi 13 ribu lebih mahasiswa yang dilepas hari ini. Kita buktikan apakah ini akan berkelanjutan, adik-adik mahasiswa ini yang 10-20 tahun lagi menjadi pemimpin selanjutnya di Indonesia,” ucap Wikan.

Wikan menegaskan pula, bahwa MSIB yang merupakan project-based learning, harus memberikan nilai tambah yang substantif bagi para mahasiswa.

Perwakilan mahasiswa peserta, Irfan Maulana Nasution mengaku senang bisa berpartisipasi pada program ini. “Saya berterima kasih pada tim dosen, mitra, dan Kemendikbudristek. Saya harap, program ini berkelanjutan dan Kampus Merdeka terus ada bagi mahasiswa dan pelajar di Indonesia,” harap Irfan.

Akademisi Universitas Sriwijaya, Nuni Gofar, mengatakan sejak awal optimis program ini diminati mahasiswa. “Mahasiswa menyadari penting sekali belajar di dunia kerja. Masalah di kampus, serapan alumni sangat rendah, sementara dunia industri sulit mendapat talenta yang pas,” ucap Nuni. Ia meyakini, MSIB akan menjawab persoalan masalah di kampus dan dunia industri, sehingga akan sangat banyak mahasiswa yang dibekali tak hanya dengan hard skill, tapi juga soft skill yang didapat dari magang di dunia kerja. “Akan ada perubahan karakter anak didik seperti kedewasaan berpikir dan bertindak,” kata Nuni.

Ia juga berharap, MSIB akan berlangsung seterusnya. “Kalau boleh bermimpi, pemerintah tidak perlu minta anggaran untuk link and match ini, tetapi industri sadar kegiatan ini dibutuhkan mereka, jadi dengan ikhlas menyediakan program sendiri. Saya selalu bertanya-tanya, program apa lagi yang akan diluncurkan Kemendikbudristek yang tentunya merangsang kreativitas di Indonesia dan meningkatkan kompetensi masa depan,” tutur Nuni.

Sementara itu, Akademisi asal Universitas Gadjah Mada (UGM), Rangga Almahendra mengungkapkan bahwa UGM mendukung upaya Kemendikbudristek mempercepat inovasi dan menyiapkan talenta Indonesia dengan memulai unit pusat inovasi dan kebijakan akademik. “Kami telah membuat program, produk, peraturan, panduan, hingga hibah untuk mendukug program ini. Di semester ini, kami mengirimkan 386 mahasiswa yang akan magang di 28 perusahaan,” ucap Rangga yang mengakui UGM juga menyusun Kurikulum Kepemimpinan Merdeka yang kompatibel dengan Kampus Merdeka.