Tingkatkan Efisiensi Penerbangan, AP II Terapkan A-CDM di Bandara

:


Oleh Dian Thenniarti, Minggu, 12 Juli 2020 | 18:37 WIB - Redaktur: Isma - 643


Jakarta, InfoPublik – PT Angkasa Pura/AP II (persero) saat ini tengah dalam proses menerapkan Airport Collaborative Decision Making (A-CDM) secara penuh di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sebelum nantinya diterapkan di bandara-bandara lainnya. Hal ini berguna untuk efisiensi dan efektifitas sektor penerbangan nasional.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, penerapan A-CDM memang tidak mudah namun dapat dilakukan dengan kolaborasi di antara stakeholder.

"Ada 13 tahapan untuk menerapkan A-CDM secara penuh, mulai dari pembentukan organisasi, menetapkan target, hingga memastikan keberlanjutan ketika nanti sudah diimplementasikan. Sejumlah tahapan-tahapan itu sudah kami selesaikan. Terpenting adalah kolaborasi di antara stakeholder, tidak bisa lagi hanya menjadi konsep bagi operator bandara, maskapai, air navigation," ujar Muhammad Awaluddin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/7/2020).

Adapun saat ini, Bandara Internasional Soekarno - Hatta sebetulnya telah menerapkan A-CDM, hanya saja belum secara penuh. Penerapan penuh A-CDM di bandara bertujuan untuk mencapai sebanyak 9 (sembilan) objektif. Saat ini, Soekarno-Hatta bersama dengan stakeholder antara lain AirNav Indonesia berupaya untuk mencapai 3 objektif: Meningkatkan prediktabilitas penerbangan, meningkatkan on time performance (OTP), dan menurunkan tingkat slot yang mubazir/tidak digunakan.

"Sebanyak 3 (tiga) objektif itu sangat penting diterapkan di tengah kondisi pandemi global Covid-19 sehingga di tengah tekanan ini sektor penerbangan dapat tetap meningkatkan efisiensi dan efektifitas penerbangan," ujar Awaluddin.

Sementara itu, VP Operational Planning & Control Garuda Indonesia, Capt. Fanny Kawulusan mengatakan, kunci utama penerapan A-CDM adalah mengoptimalkan sumber daya dan fasilitas yang ada di bandara. Sehingga menguntungkan bagi semua stakeholder baik dari airport operator, aircraft operator, air navigation, ground handler yang ujung-ujungnya adalah kepuasan penumpang pesawat.

Lebih lanjut Capt. Fanny Kawulusan menuturkan, implementasi A-CDM dapat menghasilkan berbagai peningkatan pelayanan mulai dari lebih singkatnya waktu taxi bagi pesawat, antrean yang lebih pendek untuk take off, menghemat bahan bakar, menurunkan kongesti di apron dan taxiway, hingga waktu yang lebih hemat dalam menggunakan gate untuk persiapan keberangkatan atau kedatangan.

Di dalam platform A-CDM, seluruh stakeholder penerbangan seperti operator bandara, maskapai, air navigation dan ground handling akan saling berbagai seluruh informasi dan data sehingga operasional setiap penerbangan dapat direncanakan dengan baik.

Sementara itu VP ANS Data & Evaluation AirNav Indonesia, Roy Johanis menuturkan, implementasi A-CDM melengkapi sistem Air Traffic Flow Management (ATFM) yang kini sudah diterapkan. ATFM dan A-CDM ini adalah dua hal yang berbeda. ATFM bertujuan me-manage demand dan capacity. Demand harus sesuai capacity, karena kalau demand melebihi capacity maka akan terjadi inefisiensi. Sementara, A-CDM bertujuan improve predictability dan optimize resource. Scope ATFM adalah airspace, sementara scope A-CDM adalah airport.

"Fase dari ATFM adalah take off sampai landing, sementara Fase dari A-CDM lebih ke arah pergerakan di airport," ujar Roy Johanis.

Adapun implementasi ATFM dan A-CDM dapat meningkatkan aspek keselamatan dan efisiensi di sektor lalu lintas penerbangan nasional yang diprediksi ke depannya berada di 5 (lima) besar dunia.