Kemenperin Usul Pembangunan Laboratorium Rujukan Kimia

:


Oleh Wawan Budiyanto, Senin, 23 Juli 2018 | 16:11 WIB - Redaktur: Juli - 286


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, pihaknya sedang mengusulkan agar di Indonesia dapat dibangun laboratorium rujukan kimia yang memiliki standar internasional.

“Laboratorium rujukan tersebut secara khusus dikembangkan untuk analisa prekursor dan hasil degradasi senjata kimia untuk mendukung implementasi KSK di tingkat nasional,” kata Airlangga dalam keterangannya yang diterima, Senin (23/7).

Menurut Airlangga, keberadaan laboratorium di wilayah Asia Tenggara baru ada satu, yaitu di Singapura. Nantinya laboratorium dapat menjadi hub serta rujukan bagi pengembangan industri kimia di negara Asean.

“Indonesia sebagai negara yang memiliki sejumlah industri kimia yang unggul di Asean, tentunya kita mempunyai kesempatan untuk membangun laboratorium yang sama seperti di Singapura. Ini yang akan didorong dari Kemenperin agar ada satu laboratorium rujukan kimia di Indonesia karena juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan industri kimia nasional,” ujarnya.

Ia optimis, laboratorium rujukan kimia tersebut mampu memfasilitasi pengembangan industri kimia nasional agar lebih berdaya saing global terutama dalam memasuki era revolusi industri generasi keempat. Apalagi, industri kimia merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang ditetapkan sebagai pionir dalam implementasi industri 4.0 sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Kalau kita punya satu laboratorium yang levelnya standar internasional, maka pengembangan industri kimia kita akan semakin terpacu dengan adanya fasilitas yang canggih tersebut,” ujarnya.

Pembangunan laboratorium ini juga menjadi bagian dari langkah strategis yang perlu dijalankan dalam implementasi industri 4.0 di Tanah Air tentang upaya pengembangan pusat inovasi.

“Di sektor industri makanan dan minuman sedang dikembangkan. Selain itu, di industri kimia juga butuh,” tambahnya.

Laboratorium itu juga bisa dimanfaaatkan dalam mendukung program penggunaan bauran minyak sawit dalam solar sebesar 20 persen (Biodiesel 20/B20) yang tengah digencarkan oleh pemerintah.

“Karena semua bahan baku kimia seharusnya bisa diteliti. Kita sebagai negara yang mempunyai jumlah industri kimia yang berkembang, harusnya punya satu laboratorium kimia yang canggih. Apalagi, nanti kita juga akan mengembangkan industri berbasis bio,” jelasnya.

Pihaknya akan mulai mematangkan kajian pembangunan laboratorium rujukan kimia tersebut. Selanjutnya, Indonesia perlu meminta persetujuan dari negara di ASEAN serta Organisasi Anti Senjata Kimia atau The Organisation for Prohibition of Chemical Weapons (OPCW).

“Kebetulan, Dubes RI di Belanda menjadi perwakilan kita di OPCW. Di Belanda saja, laboratoriumnyabaru mau dibangun. Sehingga di regional Asean, perlu juga dibangun,” pungkasnya.

Indonesia membutuhkan bantuan program pembangunan kapasitas dari OPCW berupa pelatihan maupun bantuan pendampingan tenaga ahli untuk pengembangan kemampuan para peneliti di dalam negeri.