Industri Farmasi Diminta Manfaatkan Bahan Baku Alam

:


Oleh Wawan Budiyanto, Selasa, 10 Juli 2018 | 21:45 WIB - Redaktur: Juli - 372


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri farmasi nasional untuk menciptakan produk biofarmasi dengan memanfaatkan sumber bahan baku alam, mengingat potensi besar yang ada di dalam negeri sekaligus sebagai langkah strategis dalam menerapkan revolusi industri 4.0 mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor berbasis kimia.

“Ke depan, biofarmasi akan menjadi solusi. Untuk itu, kita harus bisa mengoptimalkan kekayaan hayati yang kita miliki. Selanjutnya, riset dan pengembangan yang lebih intens juga harus terus dilakukan,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto pada Pembukaan Pameran Industri Farmasi, Kosmetik dan Jamu di Jakarta, Selasa (10/7).

Airlangga menjelaskan, untuk memacu tumbuhnya inovasi produk di sektor industri, pemerintah memfasilitasi pemberian insentif. “Ketika rapat terbatas dengan Bapak Presiden, salah satu yang akan didorong adalah biofarmasi. Jadi, daya saing industri ini akan dipacu dengan menciptakan subsitusi impor dan membangun pabrik bahan baku obat di Indonesia," jelasnya.

Berdasarkan data Kemenperin, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 6,85 persen pada 2017, sedangkan industri bahan kimia dan barang kimia termasuk didalamnya industri kosmetik dan bahan kosmetik mengalami pertumbuhan sebesar 3,48 persen.

“Industri tersebut pada tahun lalu diketahui memiliki kontribusi sebesar Rp67 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Tanah Air,” ungkap Airlangga.

Penyelenggaraan Pameran Industri Farmasi, Kosmetik dan Jamu 2018 diikuti sebanyak 45 peserta yang terdiri dari 22 perusahaan farmasi, 10 perusahaan jamu, dan 13 perusahaan kosmetik. Selain itu, dua balai besar milik Kemenperin. Tujuan ajang yang berlangsung pada 10-13 Juli 2018 ini adalah mempromosikan produk industri farmasi, kosmetik, dan jamu yang telah berkualitas dan sesuai standar agar dapat memperluas pasarnya baik di domestik maupun eskpor.

Airlangga optimis, Indonesia merupakan pasar yang cukup besar dan menjanjikan bagi produsen farmasi, kosmetik dan jamu seiring meningkatnya jumlah populasi penduduk.

“Dengan perkembangan zaman sekarang, industri kosmetik juga memperluas target konsumennya, tidak hanya menyasar kaum wanita saja,” tuturnya.

Kemudian, adanya tren masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) membuka peluang bagi produk jamu dan kosmetik berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari Bali.

“Produk-produk spa ini cukup banyak diminati wisatawan mancanegara. Dengan penguatan branding yang baik, diharapkan produk kosmetik nasional ke depannya dapat mencapai kesuksesan sepertiproduk-produk kosmetik dari luar negeri,” tambahnya.

Kemenperin terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri tersebut dengan melaksanakan berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat struktur sektornya. Misalnya, dengan memasuki era industri 4.0 saat ini, transformasi ke arah teknologi digital dinilai akan menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri.

“Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen, tentu akan memberikan peluang baru guna meningkatkan daya saing industri dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup,” paparnya.