Lestarikan Gambut dengan Menganyam Purun

:


Oleh Irvina Falah, Minggu, 1 Juli 2018 | 11:31 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 1K


Jakarta, InfoPublik - Upaya perlindungan gambut ternyata dapat menjadi peluang peningkatan ekonomi masyarakat, hal ini terbukti berdasarkan kajian paludikultur di lahan gambut oleh Badan Penelitian dan Pengembangan LHK (BP2LHK) Banjarbaru, Badan Litbang dan Inovasi KLHK. 

Sebagaimana disampaikan Safinah S. Hakim, peneliti BP2LHK, salah satu tanaman rawa gambut yaitu Purun (Eleocharis dulcis), merupakan bahan baku kerajinan anyaman masyarakat lokal, yaitu berupa tikar, topi, tas (bakul, kampil, anjat), alas meja, alas piring makan, map kertas, dan pot.

"Menganyam purun menjadi salah satu upaya dalam melestarikan gambut. Adanya budidaya purun dapat memelihara kondisi asli hutan rawa gambut, sehingga fungsi hidrologis gambut tetap terjaga. Dengan demikian, kelestarian flora fauna, juga mikroba yang ada di habitat tersebut juga lestari", tuturnya saat menjelaskan tiga fungsi pemanfaatan purun dari segi ekologis, sosial ekonomi, dan budaya.

Menurut Safinah, usaha kerajinan anyaman purun ini, dapat menjadi alternatif mata pencaharian masyarakat. “Hal ini tentu saja berdampak positif untuk mengurangi resiko pembukaan lahan gambut yang seringkali menjadi penyebab utama kebakaran gambut,” lanjutnya.

Pembuatan kerajinan anyaman purun ini rupanya telah menjadi budaya yang diwariskan secara turun-temurun bagi masyarakat lokal. Berdasarkan hasil penelitian, purun memiliki keunggulan karena sifatnya yang awet, dengan kandungan lignin sebanyak 26,4% dan kandungan selulosa sebanyak 32,62%.

Selain itu, Safinah juga menjelaskan bahwa purun juga bermanfaat sebagai penyerap limbah beracun, pupuk organik, perangkap hama padi dan juga biofilter.

Salah satu lokasi yang dikenal karena kerajinan purun ini, adalah Kampung Purun di Kelurahan Palam, Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Dukungan juga datang dari Pemerintah Kota Banjarbaru, dengan dikukuhkannya Kampung Purun sebagai destinasi wisata di Kota Banjarbaru, pada tanggal 22 Januari 2016.

Inovasi pun terus dilakukan seiring dengan meningkatnya animo masyarakat dan permintaan pasar, seperti membuat alat penumbuk otomatis, modifikasi warna, dan padu padan dengan kerajinan decoupage. Bahkan saat ini, penjualan kerajinan purun telah mencakup pasar mancanegara. Diharapkan hal ini dapat mendukung upaya perlindungan gambut, sekaligus peningkatan kesejahteraan mayarakat yang berkelanjutan.(*)

Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi – 081977933330