Investasi Jadikan Prospek Ekonomi Indonesia Terus Positif

:


Oleh lsma, Sabtu, 16 Juni 2018 | 09:51 WIB - Redaktur: Juli - 269


Jakarta, InfoPublik - Bank Dunia (World Bank) dalam Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia Juni 2018 menyatakan prospek ekonomi Indonesia terus positif dan terus berkembang dengan cepat pada kuartal-1/2018 karena terdorong oleh investasi yang kuat.

Rodrigo A. Chaves, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Kamis (14/6) mengatakan, harga komoditas global yang tinggi telah mendorong investasi yang lebih tinggi, terutama pada mesin, peralatan dan kendaraan, yang menghasilkan pertumbuhan modal tercepat dalam periode lebih dari lima tahun.

Pertumbuhan investasi pada mesin yang lebih tinggi juga menyebabkan peningkatan impor lebih lanjut, yang tumbuh dua kali lebih cepat dari pada ekspor, sehingga memberatkan pertumbuhan.

Menurutnya, Prospek ekonomi Indonesia terus positif selama sisa tahun ini dengan pertumbuhan PDB diproyeksikan mencapai 5,2 persen pada 2018 karena permintaan domestik yang lebih kuat. Risiko terhadap prospek ekonomi ini termasuk berlanjutnya gejolak di pasar keuangan global dan gangguan terhadap perdagangan internasional.

“Fundamental ekonomi makro yang kuat di Indonesia terus memberikan penyangga yang kokoh terhadap peningkatan gejolak global. Manajemen ekonomi yang baik telah menjaga inflasi tetap terkendali dan tingkat hutang hanya sekitar setengah dari ambang batas hukum,” kata Chaves.

Ke depan, lanjutnya, kemajuan Indonesia akan bergantung pada kebijakan struktural yang penting seperti upaya untuk menyediakan keterampilan yang tepat untuk masa depan bagi masyarakat.

Ditambahkannya, akibat dari pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan melambat serta arus perdagangan moderat, pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan akan tetap meningkat seiring menguatnya permintaan domestik dari 5,1 persen pada 2017 menjadi 5,2 persen pada 2018.

"Risiko terhadap prospek di atas termasuk kondisi pengetatan moneter dan gejolak keuangan yang berpusat di sekitar negara-negara berkembang lainnya yang lebih rentan," ujarnya.