Kementan Dinilai Berhasil Sosialisasikan Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Air

:


Oleh Baheramsyah, Sabtu, 19 Mei 2018 | 21:01 WIB - Redaktur: Juli - 692


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertanian (Kementan) dinilai berhasil mensosialisasikan pentingnya mengelola sumber daya air sehingga terhindar dari kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. 

"Sekarang semua perangkat desa dan petani di desa selalu membicarakan embung untuk memanen air," kata Direktur Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) Syahroni SP, dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (19/5).

Bahkan memurutnya, seringkali masyarakat secara mandiri membangun embung secara swadaya setelah memahami peran penting embung bagi budi daya pertanian. "Memang idealnya pemerintah hanya sebagai katalisator, selanjutnya masyarakat yang harus mandiri," ujar dia.

Masyarakat desa kini juga mulai melirik DAM parit sebagai alternatif jaringan irigasi yang biayanya lebih terjangkau. Kementan sukses memberi model DAM parit di sentra-sentra di Jawa sehingga diikuti daerah lain. "Ini berkat keberhasilan Kementan menggandeng kementerian lain seperti Kemendesa dan Pengembangan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Kementerian PUPR," tutur Syahroni.

Kini Kementan juga dinilai Syahroni lebih terbuka menerapkan sistem budi daya pertanian hemat air yang diterapkan masyarakat belakangan ini. "Semua inovasi dari setiap institusi pemerintah, swasta, dan masyarakat diterima Kementan sepanjang sesuai dengan kondisi setempat," imbuhnya.

Sebut saja teknologi SRI dalam budi daya padi yang hemat air. Di lapangan seringkali SRI dikombinasikan dengan sistem jarwo super yang dikembangkan Litbang Pertanian. "Prinsipnya petani saat ini mulai cerdas menghemat air," kata Syahroni.

Menurut Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Dedi Nursyamsi, sosialisasi pemanfaatan sumber daya air yang lebih hemat untuk petani memang gencar dilakukan sejak Presiden Joko Widodo memberi arahan agar dana desa dialokasikan untuk mendukung kegiatan pertanian.

Menurut Dedi, program Upsus yang melibatkan TNI juga membuat percepatan perbaikan jaringan irigasi yang rusak cepat ditangani pemerintah pusat dan pemerintah daerah. "Kini yang lapor irigasi rusak bukan hanya petani, tetapi juga para Babinsa sehingga macetnya birokrasi dapat diterobos sejak 3 tahun belakangan," ucap Dedi.

Dedi menyebut banyak jaringan irigasi seperti di pelosok Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah kembali dapat berfungsi setelah program Upsus berjalan.