Menyambung Napas dengan Kipas

:


Oleh MC KOTA BENGKULU, Minggu, 6 Mei 2018 | 23:57 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 441


Setiap perjalanan kehidupan manusia telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Maut, jodoh, termasuk rezeki adalah takdir yang tak bisa ditolak. Bahkan, semua itu bisa dialami oleh siapa saja, baik muda maupun tua.

Seperti yang dialami seorang nenek bernama Sitar (70). Pasca meninggal suaminya sebelas tahun yang lalu, ia mencari nafkah untuk menyambung kehidupan dengan berjualan kipas bermotif batik.

Siang itu, Kamis (26/4/2018) nenek bertubuh kurus itu terlihat sedang menjajakan kipas di Simpang Empat Jalan Kartika Plaza, Kuta, Bali. Cuaca yang terik seolah tak dirasakan pada kulitnya yang keriput. Langkah demi langkah ia tawarkan kipas jualannya kepada para pejalan kaki yang sedang melintas. Cucuran keringat yang membasahi kening dan langkah kaki yang tak lagi lincah tidak menyurutkan semangatnya.

“Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari saya berjualan kipas keliling di kawasan ini,” kata Nenek berambut putih itu.

Nenek yang berasal dari Kintamani Trunyam itu mengaku dalam sehari kipas yang ia jual dapat laku satu paket hingga dua paket. “Satu paket berisi sepuluh kipas dijual 100 ribu, jika beli satuan harganya 20 ribu,” ujar Sitar.

Kegigihannya untuk menafkahi kehidupan sehari-hari dengan berjualan kipas adalah pilihan hidupnya. Sebenarnya ia bisa saja meminta nafkah dari kelima anaknya yang telah cukup berhasil tapi itu tak ia lakukan.

“Saya tinggal sendiri di Batu Bulan dengan mengontrak. Sedangkan kelima anak saya sudah berkeluarga dan tinggal di Kintamani,” kata Sitar yang berjualan mulai Pukul 06.00 WITA hingga Pukul 18.00 WITA di sekitar wilayah Legian, Pantai Kuta, dan Jalan Kartika Plaza.

Ia juga mengatakan rata-rata pembeli kipasnya adalah turis lokal. Meskipun demikian, jualan kipas keliling yang sudah dilakukannya itu tidak akan ia tinggalkan hingga akhir hayatnya.

Meskipun hasil dari jualan kipasnya terkadang hanya pas untuk mencukupi kebutuhan hidup. Tapi Sitar bertekad untuk tetap hidup mandiri di usia senjanya. Ia enggan merepotkan kelima anaknya.

“Biar anak-anak mengurusi kehidupan mereka sendiri. Saya masih sanggup memenuhi kebutuhan sendiri,” ujarnya. (MC Kota Bengkulu/Nugroho Tri Putra/Vira)