Inovasi Layad Rawat Pemkot Bandung Berbuah Penghargaan

:


Oleh MC KOTA BANDUNG, Sabtu, 28 April 2018 | 18:21 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 352


Bandung, InfoPublik - Pemerintah Kota Bandung mendapatkan penghargaan dari Indonesia Health Care Forum (IHCF) Innovation Award 2018 dengan kategori Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Penghargaan tersebut didapat atas inovasi Pemerintah Kota Bandung dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Program Layad Rawat.

Penghargaan diserahkan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Oscar Primadi yang mewakili Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Diterima secara langsung oleh Penjabat Sementara Wali Kota Bandung Muhamad Solihin di Jakarta, Kamis (26/4/2018).

IHCF (Indo Healty Care Forum) Innovation Awards merupakan program penghargaan kepada instansi dan individu/kelompok perorangan yang telah berhasil menjalankan program-program peningkatan pelayanan kesehatan.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Dinas Kesehatan Kota Bandung, Eka Anugrah mengemukakan, SPGDT Kota Bandung dinilai sudah berjalan dengan baik, meski kami sadar masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Sistem di kami dinilai bagus sasarannya bukan hanya karena kerja Dinkes semata melainkan kerja kolektif dengan pihak kepolisian, Diskar PB, PMI, BPJS, Jasa Raharja, Dinsos, dan lainnya.

"Kuncinya di kolaborasi. Berkat ini jadi dinilai bagus oleh Indo HCF,” ujar Eka, beberapa hari lalu, setelah menerima kabar mendapat penghargaan.

Sejak diluncurkannya Layad Rawat, Eka mengakui, SPGDT Kota Bandung lebih terpadu dan dirasakan langsung kehadirannya di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat lebih memahami kehadiran program layanan kesehatan dari Pemkot Bandung. Hal ini terlihat paling tidak dari layanan call center 119 yang lebih banyak diakses oleh masyarakat dibandingkan sebelum adanya Layad Rawat.

“Sekarang rata-rata menerima telepon di call center 119 sampai 4.000 dalam sebulan. Sampai-sampai informasi mengenai kecelakaan dan kebakaran masuk ke kita, jelas kalau yang sakit mah. Sebelum ada Layad Rawat, call center 119 hanya menerima sekitar 300 telepon dalam sebulan. Bisa dikatakan sekarang tim kami lebih sibuk dari sebelumnya,” jelas Eka.

Ia menambahkan, SPGDT Kota Bandung pun lebih terkoordinasi dengan baik tidak terlepas dari semakin solidnya komunikasi dan koordinasi dengan pihak di luar Dinkes. Selain memasang 12 call center 119 di 12 rumah sakit pemerintah dan swasta, pihaknya pun memasang 8 call center di 8 Puskesmas dengan tempat perawatan dan buka 24 jam.

“Ada 20 call center yang tersebar di berbagai fasilitas kesehatan di Kota Bandung. Sementara pusatnya di sini. Dengan penyebaran call center tersebut sangat memudahkan koordinasi, terlebih ditunjang dengan fasilitas komunikasi lain seperti grup WA dan lain-lain,” tuturnya. (MCKotaBandung/Vira)