Perlunya Berbagi Peran untuk Kesiapsiagaan Potensi Bencana

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Senin, 23 April 2018 | 10:26 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 397


Sleman, InfoPublik - Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Pelatihan Basic Life Support (BLS) dan Evakuasi Bencana bagi relawan wilayah Kecamatan Gamping Sabtu (21/4) pukul 09.00 WIB di Ruang Rapat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Banyuraden, Gamping, Sleman.

Pelatihan BLS ini dibuka oleh Ketua BSMI DIY dr. Bambang Edi Susyanto. Dilanjutkan laporan kegiatan dari Wakil Ketua Panitia Liza Uswatun Husna Lubis, dan Ketua Sentra Kerohanian Islam Poltekkes Diky Purwo.

Kegiatan yang digelar dalam rangka hari kesiapsiagaan bencana pada 26 April 2018 mendatang ini, menghadirkan narasumber Kasi Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Joko Lelana, Relawan BSMI DIY Bidang Sumberdaya Manusia (SDM) Anki Tias Yolanda, Wakil Ketua BSMI DIY dr. Siswanto, serta Tenaga medis RS. Hermina dr. Fikri Bariz. Peserta pelatihan berasal dari berbagai unsur, yakni mahasiswa Poltekkes 25 orang, warga Desa Banyuraden terpilih 6 orang, relawan 8 orang, Forum Komunikasi Komunitas Relawan Kabupaten Sleman (FKKRS) 2 orang, dan masyarakat umum 3 orang.

Materi pelatihan I dipaparkan oleh Djoko Lelana berkaitan dengan gempa bumi dan upaya mitigasinya. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Sedangkan gempa adalah getaran bumi yang terasa di permukaan, akibat terjadinya pelepasan energi yang cepat karena adanya pergeseran pada kerak bumi. Jenis gempa ada 3 yakni gempa tektonik yang terjadi karena adanya pergeseran/pergerakan bumi, gempa vulkanik terjadi karena adanya gerakan magma, seta gempa tanah runtuh yang terjadi pada gua di bawah permukaan tanah. Djoko menuturkan, dengan dasar kondisi geologi yang ada, sudah mungkin ditunjukkan daerah mana yang berpotensi untuk terjadi gempa.

“Namun demikian, gempa adalah gejala alam yang sampai saat ini masih belum dapat diduga secara tepat kapan akan terjadi, dan belum dapat diketahui tempat dimana akan terjadi,” ungkap Joko. Oleh karena itu, Joko menambahkan perlu adanya usaha kesiapsiagaan gempa antara lain pemetaan lingkungan, identifikasi dampak gempa, pelaku kesiapsiagaan, siapa saja yang terdampak, siapa pelaku penanggulangan, apa saja yang akan dilakukan, serta bagaimana SOP nya.

Dalam sesi II, Anki Tias, Relawan BSMI DIY Bidang Sumberdaya Manusia, menuturkan tentang teknik evakuasi saat bencana gempa bumi. “Dalam situasi gempa bumi yang terjadi tiba-tiba, seseorang biasanya sulit bergerak dan harus mengambil keputusan. Untuk selamat dari bencana gempa, yang terpenting adalah memahami pengetahuan dan keterampilan sebelum bencana terjadi, saat harus melaksanakan evakuasi mandiri dan setelah kejadian bencana,” terang Anki.

Anki menjelaskan bahwa semua orang mempunyai risiko terhadap potensi bencana. Karenanya, perlu dilakukan berbagi peran dan tanggung jawab dalam peningkatan kesiapsiagaan di semua tingkatan, baik anak, remaja dan dewasa. “Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran kesiapsiagaan bencana,” tambahnya.

Di sesi terakhir, dr. Siswanto memaparkan tentang jenis luka, perdarahan, balut dan bidai.  Serta dr Fikri Bariz mengajarkan praktik tentang pertolongan pertama pada orang pingsan menggunakan metode "Air Way Briting Circulation" atau pijat jantung. Penanganan bencana merupakan urusan semua pihak, kita harus siap untuk selamat. (KIM Gamping/Adnan Nurtjahjo/Eyv)