Ekspor Busana Muslim Ditargetkan Naik 10 Persen

:


Oleh Wawan Budiyanto, Jumat, 20 April 2018 | 09:15 WIB - Redaktur: Juli - 241


Jakarta, InfoPublik - Industri busana muslim di Indonesia terus meningkat seiring semakin luasnya pasar komoditas fesyen tersebut dan meningkatnya jumlah penduduk muslim di dunia. Kementerian Perindustrian menargetkan di 2018 ini, ekspor busana muslim dapat naik 10 persen.

Berdasarkan data Kemenperin, nilai ekspor produk fesyen nasional pada 2017 mencapai USD13,29 miliar atau naik sebesar 8,7 persen dibanding tahun sebelumnya.

“Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi kiblat fesyen muslim di dunia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya yang diterima Infopublik, Jumat (20/4) usai mendampingi Presiden Joko Widodo pada pembukaan Muslim Fashion Festival (Muffest).

Indonesia ditargetkan menjadi kiblat fesyen muslim di dunia pada 2020. Hal ini sangat beralasan karena saat ini Indonesia menempati peringkat lima besar dari negara anggota  Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebagai pengekspor fesyen muslim terbesar di dunia, setelah  Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan.

Kemenperin menargetkan ekspor busana muslim Indonesia bisa meningkat sebesar 10 persen pada 2018. “Untuk menjadi pusat mode muslim dunia, ekspor produk muslim didorong untuk menjadi yang tertinggi di dunia,” tegas Airlangga.

Global Islamic Economy memprediksi pertumbuhan pasar fesyen muslim dunia pada 2020 akan mencapai USD327 miliar. “Oleh karena itu kami terus mendorong para pelaku industri fesyen muslim dan para desainer di Indonesia untuk terus berinovasi dan meningkatkan produktivitasnya serta memperkuat brand-nya sehingga mampu menembus pasar ekspor,” tuturnya.

Menperin optimistis, industri busana muslim di Indonesia semakin tumbuh dan berkembang sehingga mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap sektor fesyen serta perekonomian nasional. Saat ini, industri busana muslim diproyeksi menyerap tenaga kerja sebanyak 1,1 juta orang dari total 3,8 juta tenaga kerja industri fesyen.

Pada Muffest 2018, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) memfasilitasi sebanyak 12 brand fesyen muslim dari berbagai daerah di Indonesia untuk ikut serta dalam ajang tersebut.

“Kami menilai event ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menumbuhkan dan mengembangkan industri fesyen muslim nasional terutama dalam melahirkan desainer dan wirausaha baru yang kreatif dan inovatif,” ungkapnya.

Dirjen IKM Gati Wibawaningsih menyampaikan, pihaknya tengah menyusun peta jalan dan rencana aksi yang terintegrasi dari sektor hulu sampai hilir untuk mengembangkan industri fesyen muslim nasional.

"Beberapa waktu lalu, kami melakukan pertemuan dengan para desainer, asosisasi, pelaku usaha industri fesyen muslim serta akademisi untuk merumuskan langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi ke depan,” jelasnya.

Sejalan dengan upaya tersebut, Kemenperin akan memitrakan desainer dengan IKM fesyen muslim dalam membangun brand nasional. “Kami juga akan mengadakan kompetisi fesyen muslim dan memfasilitasi desainer dan industri fesyen muslim pada berbagai event pameran dan fashion show di dalam dan luar negeri sehingga visi Indonesia untuk menjadi kiblat fesyen muslim dunia pada 2020 dapat terwujud,” ungkap Gati.

Pada Februari 2018, Kemenperin telah memberikan pelatihan dan sertifikasi SKKNI kepada 15 pelaku industri busana muslim di Jawa Barat. Bahkan, untuk memperluas jangkauan pasar produk fesyen muslim, Kemenperin memiliki program e-Smart IKM yang telah dilaunching sejak 2016.

“Kami telah bermitra dengan lima marketplace, yaitu Shoppe, Bukalapak, Tokopedia, Blanja.com dan Blibli,” lanjutnya.

Pada 2017, Ditjen IKM telah melakukan workshop e-Smart IKM kepada 1.730 IKM dan 2018 akan dilakukan loka karya serupa dengan target dapat menggandeng sebanyak 4.000 pelaku IKM.