Revitalisasi Sektor Manufaktur Agar Lebih Produktif dan Inovatif

:


Oleh Wawan Budiyanto, Selasa, 17 April 2018 | 21:38 WIB - Redaktur: Juli - 236


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, perlu revitalisasi industri manufaktur seiring perkembangan implementasi Industri 4.0 guna mencapai target menjadi 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2030.

“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah mengakselerasi industri manufaktur nasional agar terus melakukan inovasi dan memperbaiki desain. Hal ini guna memacu produktivitas dan daya saing,” kata Airlangga di Jakarta, Selasa (17/4) usai menjadi pembicara pada acara The 4th Industrial Dialogue Bappenas - JICA.

Menurutnya, selama ini industri manufaktur berperan penting sebagai sektor andalan dalam memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri menyumbangkan kepada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan capaian 20,16 persen pada 2017.

Ia menambahkan, kontribusi manufaktur Indonesia mampu menembus 30 persen apabila dihitung mulai dari proses pra-produksi, produksi dan pasca-produksi.

“Paradigma industri manufaktur global, berdasarkan kesepakatan di World Economic Forum, proses produksi sebagai satu-kesatuan. Maka itu, kita sudah tidak bisa lagi melihat produksi hanya di pabrik saja,” ujarnya.

Airlangga menjelaskan, dalam 15 tahun ke depan bisa menjadi masa emas bagi Indonesia karena akan menikmati bonus demografi. Momentum ini merupakan jumlah angkatan kerja yang produktif lebih besar, dengan harapan dapat memacu kinerja ekonomi nasional.

“Produktivitas industri dipengaruhi pula dari output tenaga kerja,” jelasnya.

Sementara itu, dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan program pendidikan vokasi di berbagai wilayah di Indonesia. Mengusung konsep link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri, diharapkan lulusan SMK saat ini dapat terserap atau cepat bekerja di sektor industri.

“Dalam pengembangan SDM di politeknik, kami kerja sama dengan Swiss untuk melaksanakan program skill for competitiveness (S4C),” imbuhnya.

SDM menjadi salah satu faktor utama yang menopang keberhasilan penerapan Industri 4.0. “Kita punya talent cukup melimpah, dan pool of talent kita atau perguruan tinggi, jumlahnya terbanyak di Asean,” ungkapnya. 

Kemudian, revitalisasi industri juga perlu dilakukan pada skala industri kecil dan menengah (IKM). Upaya yang telah dilakanakan oleh Kemenperin adalah mendorong pelaku IKM nasional dapat memanfaatkan teknologi digital agar mereka mampu menangkap peluang dalam implementasi Industri 4.0.

“Kami telah menyiapkan fasilitasnya melalui e-Smart IKM. Tujuannya antara lain supaya mereka mudah mendapatkan bahan baku dan memperluas pasarnya terutama untuk ekspor,” sebut Airlangga.

IKM pun dapat memanfaatkan fasilitas pusat inovasi yang dibangun oleh Kemenperin, seperti Bandung Techno Park dan Bali Creative Industry Center (BCIC).

Bahkan lanjutnya, Kemenperin juga mendorong penciptaan wirausaha industri baru dengan melibatkan kalangan pesantren sekaligus menyiapkan mereka untuk menyongsong era revolusi industri keempat.

“Program yang digulirkan itu dinamakan Santripreneur, di mana nantinya para santri di seluruh Indonesia akan dilibatkan dalam pelatihan industri berbasis ekonomi digital, seperti animasi dan multimedia,” jelasnya.