Industri yang Ramah Lingkungan Perlu Pengelolaan Limbah

:


Oleh Wawan Budiyanto, Sabtu, 14 April 2018 | 17:48 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Jakarta, InfoPublik - Industri nasional perlu melakukan pengelolaan limbah dengan baik agar bisa menerapkan konsep ramah lingkungan.

“Karena itu, dibutuhkan teknologi untuk mewujudkan hal tersebut sesuai dengan prinsip industri hijau,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di Jakarta, Sabtu (14/4).

Salah satu langkah yang telah dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) guna mendorong sektor manufaktur mengimplementasikan prinsip industri hijau, yaitu melalui peran Balai Besar Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri (BBTPPI) di Semarang sebagai unit teknis di bawah BPPI yang mempunyai kompetensi di bidang teknologi pengolahan limbah industri.

Salah satu hasil penelitian yang dihasilkan oleh BBTPPI adalah reaktor elektrokatalitik. “Reaktor elektrokatalitik pengolah air limbah hasil rancangan peneliti BBTPPI memiliki keunggulan utama yaitu dirancang dalam unit portable, sehingga mudah diaplikasikan untuk berbagai ukuran skala industri terutama yang dilakukan oleh industri kecil dan menengah (IKM),” ujar Ngakan.

Menurutnya, beberapa kelebihan lain dari reaktor ini di antaranya adalah mudah dioperasikan, prosesnya cepat, tidak membutuhkan ruang yang besar, dan tidak menghasilkan sludge. Teknologi ini sangat efektif untuk pengolahan air limbah dengan karakter polutan utama berasal dari zat warna reaktif, kandungan suspensi rendah, konsentrasi ion hidrogen dari larutan (pH) cenderung asam dan debit tidak besar.

“Lebih lanjut, pada kondisi optimal, reaktor elektrokatalitik ini mampu mereduksi polutan warna hingga 79 persen,” jelas Ngakan.

Secara nilai ekonomi, biaya operasional alat ini lebih murah jika dibandingkan dengan metode konvensional. “Selain itu, jika dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah konvensional, diperoleh potensi penghematan biaya,” tambahnya.

Bila dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah konvensional, maka diperoleh potensi penghematan biaya pengolahan limbah hingga Rp1.600/m3 air limbah. Sektor manufaktur yang berpotensi menggunakan teknologi tersebut, yakni industri pewarnaan tekstil. Sektor ini sebagian besar terpusat di Pulau Jawa dengan skala produksi bervariasi mulai dari kecil, sedang hingga besar.

“Untuk skala kecil, beberapa pusat populasi industri pewarnaan tekstil di Jawa Tengah terdapat di daerah Sragen, Sukoharjo dan Surakarta,” sebutnya.