:
Oleh MC PROV RIAU, Jumat, 13 April 2018 | 10:49 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 222
Pekanbaru, InfoPublik - Dana yang merupakan premi selama tahun penjualan 2016 sebesar Rp. 3.690.062.357, dibagikan kepada 72 Koperasi Usaha Desa (KUD) mitra Asian Agri yang menaungi 30.000 petani plasma di Provinsi Riau dan Jambi.
“Pembagian hasil penjualan minyak sawit ini merupakan contoh yang baik dari hubungan kemitraan antara perusahaan dengan mitranya, dimana dalam hal ini diterapkan oleh Asian Agri kepada para petani binaan,” kata Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Ir Agus Muharam, Kamis (12/4).
Senada dengan Kementerian Koperasi & UKM, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia Bambang turut menegaskan dukungan pemerintah dalam penerapan praktik agronomi berkelanjutan melalui kemitraan petani dan perusahaan sebagai pendamping.
“Indonesia harus menghadapi tantangan pasar internasional terhadap sumber pasokan kelapa sawit yang jelas dan memiliki sertifikasi keberlanjutan,” tegas Bambang saat menyampaikan arahan di hadapan para petani hari ini.
Kementerian Pertanian mendorong semua petani kelapa sawit untuk memperoleh sertifikasi keberlanjutan termasuk ISPO dan RSPO sehingga produk sawit Indonesia diterima oleh pasar internasional dan petani berkesempatan mendapat insentif atas penjualan minyak sawit berkelanjutan.
Penyerahan premi kepada petani merupakan bentuk apresiasi dari hubungan kemitraan Asian Agri dan para petani, atas usaha petani yang konsisten menerapkan praktik-praktik berkelanjutan dalam mengelola perkebunan kelapa sawit. Penerapan praktik berkelanjutan yang dilakukan oleh para petani menjamin kualitas buah dan minyak kelapa sawit yang dihasilkan, yang lebih diminati oleh pasar domestik maupun internasional.
Direktur Corporate Affairs Asian Agri M Fadhil Hasan mengungkapkan, hubungan kemitraan Asian Agri dengan petani melalui koperasi berfokus pada intensifikasi dan transfer pengetahuan akan praktik-praktik terbaik pengelolaan kelapa sawit untuk dapat turut diterapkan oleh para petani.
“Kami menempatkan kemitraan dengan petani sebagai model bisnis utama perusahaan, dimana peran petani tidak dapat terpisahkan dari Asian Agri dan kesejahteraan petani merupakan bagian dari tanggung jawab kami,” ujar Fadhil.
Selain telah mencapai usia 30 tahun kemitraan, di tahun 2018 ini hubungan kemitraan Asian Agri dengan para petani plasma juga menorehkan prestasi positif, dimana seluruh petani plasma binaan Asian Agri telah tersertifikasi oleh RSPO, setelah sebelumnya tersertifikasi oleh ISCC.
“Tahun ini merupakan penanda pencapaian positif bagi kemitraan Asian Agri dengan petani plasma, dimana seluruh petani mitra Asian Agri telah berhasil memperoleh sertifikasi, dan hal ini memungkinkan para petani untuk mendapatkan nilai lebih dari buah yang dihasilkannya,” lanjutnya.
“Kami berharap premi ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kepentingan petani secara kolektif melalui koperasi, untuk pengelolaan kebun sawit, maupun hal lain yang dapat meningkatkan kualitas hidup petani dan desa,” ujar Fadhil.
Pawito Saring, petani plasma binaan Asian Agri yang turut hadir pada acara tersebut menjelaskan kemitraan bersama Asian Agri menjadi jawaban atas permasalahannya pada awal menjadi petani.
“Kemitraan kami dengan Asian Agri dari awal tidak hanya sebatas pada mengarahkan, namun juga memberikan pendampingan dan pembinaan untuk mempraktikan pengelolaan sawit yang baik dan benar. Kami difasilitasi dan dipacu untuk mengembangkan kemampuan dan wawasan mengenai praktik-praktik pengelolaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan melalui berbagai pelatihan dan fasilitas yang diberikan. Hasilnya, kini kami berhasil mendapatkan sertifikasi dan premi ini adalah salah satu manfaat yang kami rasakan sangat menguntungkan bagi kami dan koperasi dimana kami bernaung,” ujar Saring.(mcr/mtr/eyv)