Rejeban Plabengan, Tradisi Unik Desa Pagergunung Temanggung

:


Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Selasa, 3 April 2018 | 07:52 WIB - Redaktur: Kusnadi - 2K


Temanggung, InfoPublik – Rejeban Plabengan merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat Dusun Cepit Desa Pagergunung, Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung, dalam menyambut bulan Rejeb atau Rajab dalam penanggalan Jawa. Waktu pelaksanaan tradisi ini pada hari Jumat (30/3) Wage Bulan Rajab yang bertempat di Bukit Plabengan Lereng Gunung Sumbing yang menjadi petilasan Ki Ageng Makukuhan.

Sedangkan Ki Ageng Makukuhan merupakan pepunden desa dan salah satu penyiar agama Islam di daerah Temanggung. Dalam sejarahnya diceritakan, bahwa beliau konon merupakan penerus Wali Songo pada kisaran abad ke-16 dan 17.

Dan dalam pelaksanaan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun kemarin, dilihat dari jumlah dan antusias peserta yang mengikuti Rejeban Plabengan. Selain itu tumpeng yang diarak menuju ke Plabengan lebih banyak, jika tahun kemarin hanya mengeluarkan satu tumpeng besar, pada tahun ini pihak panitia telah menyiapkan tujuh tumpeng besar untuk kenduri (makan bersama) di Plabengan.

Ketujuh tumpeng tersebut mewakili tiap RT yang ada di Dusun Cepit Desa Pagergunung. Setiap RT membawa satu tumpeng besar sebagai wujud syukur karena telah diberi kelimpahan Rezeki oleh yang maha kuasa.

Selaku Kepala Desa Cepit, Sukarman menjelaskan dalam wawancara, bahwa tradisi Rajaban ini juga untuk menghormati para sahabat dari Ki Ageng Makukuhan yang disemayamkan di Plabengan.

“Sedangkan Ki Ageng Makukuhan kami percaya bahwa yang pertama dimakamkan di Kedu, dan yang kedua kami masyarakat Desa Pagergunung mempercayai bahwa Ki Ageng Makukuhan disemayamkan di puncak Gunung Sumbing,” jelasnya.

Tujuan penyelenggaraan tradisi ini selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melestarikan adat budaya peninggalan nenek moyang, namun juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman lintas budaya pemuda bangsa Indonesia. (MC TMG/Penulis, Foto: Agung, Editor:Ekape)