RI - Australia Bahas Keamanan Maritim di Asean-Australia Special Summit

:


Oleh Yudi Rahmat, Jumat, 16 Maret 2018 | 13:06 WIB - Redaktur: Juli - 657


Jakarta, InfoPublik - Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu bersama Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengadakan pertemuan bilateral Dialog 2+2 Minister Meeting dengan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, ditengah rangkaian ASEAN-Australia Special Summit 2018, di Sydney, Australia, Jumat (16/3).

Menhan Ryamizard mengatakan, semua kawasan dan di berbagai belahan di dunia (Across the globe) sedang menghadapi potensi ancaman yang sangat Nyata yaitu bahaya ancaman terorisme dan radikalisme generasi ketiga pasca Al-Qaeda dan pasca ISIS yang telah dihancurkan di Timur Tengah (Irak dan Syria).

Penanganan ancaman ini, kata Menhan Ryamizard, memerlukan komitmen dan tindakan bersama yang konkret dan serius. Ancaman teroris global generasi ketiga ini adalah menyebarnya ancaman ISIS ke seluruh belahan dunia setelah kekalahan ISIS di Timur Tengah yang kemudian menyebar ke wilayah Afrika, Eropa dan ASIA Timur serta Asia Tenggara pada khususnya.

“Ciri-ciri khusus dari ancaman terorisme generasi ketiga ini adalah kembalinya para pejuang ISIS (Foreign terrorist Fighter) dari Timur tengah,” kata Menhan Ryamizard di hadapan Menhan dan Menlu Australia.

Berdasarkan data, kata Menhan Ryamizard, ada sekitar 31.500 pejuang ISIS asing yang bergabung di Syria dan Irak. Dari jumlah tersebut, lanjutnya, seribu pejuang begerak menuju ke Asia Tenggara, kemudian terpecah menuju Filipina, sejumlah 500 pejuang dan menuju Indonesia sebanyak 500 pejuang.

“Jumlah tersebut memenuhi 40 persen dari keseluruhan pejuang ISIS di kedua wilayah tersebut. Ancaman radikal dan terorisme generasi ketiga ini memiliki sifat-sifat alamiah yaitu berbentuk desentralisasi ke dalam wilayah provinsi, berbentuk sel-sel tidur serta operasi berdiri sendiri (lone wolf) dan radikalisasi dengan online, media sosial dan penggunaan teknologi canggih,” papar Menhan Ryamizard.

Menhan Ryamizard, menambahkan, pejuang DAESH Divisi Asia Timur yang berbasis di Asia Tenggara, memiliki jaringan serta kegiatan yang tersebar dan tertutup, sehingga dalam penanganannya sangat memerlukan penanganan kolektif dan tindakan bersama-sama secara bilateral maupun multilateral melalui kolaborasi kapabilitas, pertukaran informasi dan interaksi antar negara yang intensif, konstruktif dan konkret.

Terhadap kemajuan kerja sama kawasan, kata Ryamizard, Indonesia mengapresiasi komitmen dari negara Australia dan kemajuan kerja sama dengan Australia dan kawasan sepanjang 2016 dan 2017, khususnya paska pertemuan 2+2 tahun 2016 yang lalu di Bali.

Dalam pertemuan di Bali, dihasilkan kesepakatan tentang operasional kegiatan Trilateral Maritim dan Patroli Udara yang akan dilanjutkan dengan operasi darat di Filipina. Kemudian, disepakati atihan FPDA penanganan terorisme yang melibatkan Indonesia sebagai Observer.

Tak hanya itu, kata Menhan, kesepakatan dalam pertemuan ADMM untuk pengananan ancaman Terorisme Daesh di kawasan juga dilakukan. Selanjutnya, dilakukan pertemuan Subregional Perth yang akan dilanjutkan dengan pertemuan Subregional berikutnya di Jakarta.

Terakhir adalah terbentuknya kerja sama Intelijen Our Eyes di kawasan yang akan mengundang negara mitra untuk bergabung. Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi prioritas dalam kerangka kerja “Our Eyes”. Pertama, kata Menhan Ryamizard, pemantauan lalulintas keuangan kelompok teroris ke kawasan ASEAN.

Indonesia sudah mendeteksi adanya aliran dana potensi terorisme yang masuk dari Arab Saudi, Trinidad dan Tobago serta dari Jerman yang masuk ke Filipina Selatan dan Indonesia.

Kedua, pemantauan orang (pejuang ISIS yang kembali) yang keluar masuk kawasan dari Timur Tengah yang menuju kawasan Indonesia, demikian juga sebaliknya.

“Kita juga perlu terus memperkuat kerja sama pertukaran Intelijen untuk memantau perkembangan ini,” ujar Menhan Ryamizard.

Ketiga, dilakukan pemantauan media sosial.Media sosial ini adalah sumber propaganda kelompok ISIS dan digunakan untuk merekrut, melatih serta sebagai sarana komunikasi pendanaan terorisme. Oleh Karena itu, Menhan Ryamizard melanjutkan lagi, komunitas our eyes memperkuat mekanisme kerjasama antar pemerintah dengan penyedia jaringan Internet (Google,Facebook,Yahoo, Telegram dan WhatsApp) agar tidak digunakan untuk kepentingan terorisme.

Menhan Ryamizard, menuturkan,Indonesia memandang media sosial telah banyak digunakan tidak hanya untuk menghubungkan para teroris dan kelompok ekstrimis satu sama lain, tapi juga untuk merekrut mereka. Sehingga, dalam ini ASEAN juga juga harus lebih kreatif dari para ekstrimis dan teroris.

“Karena itu, diperlukan upaya regional yang untuk mengatur media sosial untuk menghentikan aksi teror. Sehingga kita perlu membentuk kelompok kerja baru untuk mengidentifikasi bagaimana para teroris menggunakan media sosial, apa yang tengah mereka gunakan, dan cara untuk menghentikan penyebarannya,” ucap Menhan Ryamizard.