Manufaktur Nasional Mampu Bersaing di Skala Global

:


Oleh Wawan Budiyanto, Kamis, 8 Maret 2018 | 18:55 WIB - Redaktur: Juli - 280


Jakarta, InfoPublik - Sejumlah sektor manufaktur nasional mampu menunjukkan kemampuan kompetitifnya di pasar global dengan menjadikan basis produksi dan eksportir yang diperhitungkan sehingga dapat dikategorikan sebagai negara industri.

“Jadi, sudah sejalan dengan salah satu tujuan butir Nawacita pada pemerintahan Bapak Jokowi, yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya yang diterima Infopublik, Kamis, (8/3).

Selain itu menurutnya, generasi milenial juga menjadi aset penting dalam membangun sektor manufaktur agar semakin tumbuh dan berkembang, sekaligus siap mengahadapi era Industry 4.0.

Ia memaparkan, Indonesia memiliki perusahaan mainan yang telah menguasai pasar global, yakni PT Mattel Indonesia. Untuk boneka merek Barbie, enam dari 10 yang beredar di dunia itu dihasilkan dari perusahaan tersebut. Selain itu, mobil mainan Hot Wheels, dua dari 10 produk yang ada di dunia merupakan buatan anak bangsa.

“Produksi Hot Wheels di Indonesia mencapai 50 juta unit per tahun, lima kali lipat dari produksi mobil benaran. Produksinya sudah full robotic atau masuk teknologi digital, tetapi mesinnya dibuat oleh insinyur-insinyur kita. Sementara itu, akan di-launch Barbie pakai Batik,” ujarnya.

Di sektor lainnya, industri otomotif nasional juga memiliki keunggulan. Contohnya Daihatsu Indonesia adalah pabrik otomotif terbesar milik Daihatsu di Jepang. Produksinya yang di Karawang sebanyak 500 ribu unit per tahun, jauh lebih banyak dibanding produksi dari Jepang yang maksimal 200 ribu unit per tahun. Daihatsu Indonesia telah mengekspor produksinya ke lebih dari 60 negara.

“Mobil Calya dan Sigra adalah mobil yang didesain oleh putra-putri Indonesia dengan komponen lokal. Toyota Innova juga sudah diekspor ke Timur Tengah, Asean, dan Amerika Selatan,” tambahnya.

Bahkan, ekspor komponen otomotif nasional naik hingga 600 persen dari 6 juta unit pada tahun 2016 menjadi 37 juta unit di 2017. Di industri telepon seluler (ponsel), Airlangga mengungkapkan, Indonesia telah menjadi lokasi produksi bagi 42 merek ponsel yang ada di seluruh dunia, dengan total produksi mencapai 68 juta unit per tahun. Dengan peningkatan kapasitas tersebut, impor ponsel yang awalnya sebesar 62 juta unit pada tahun 2013, turun drastis menjadi 11 juta unit di tahun 2017.

“Total investasi di industri ponsel sebanyak Rp7 triliun, dengan menyerap tenaga kerja 13 ribu orang. Selain itu, ditambah dengan komitmen investasi Apple USD 44 juta yang akan menyerap 400 tenaga kerja,” jelasnya.

Menperin menambahkan, kekuatan ekonomi Indonesia dinilai sebagai salah satu pemain kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global. Indonesia mampu memberikan kontribusi sebesar 2,5 persen terhadap pertumbuhan dunia, di mana capaian tersebut mengungguli sumbangsih dari Korea Selatan, Australia, Kanada, Inggris, Jepang, Brasil dan Rusia.

“Dari sektor manufaktur, Indonesia secara persentase untuk kontribusinya terhadap PDB, masuk dalam jajaran lima besar dunia. Mengungguli Jepang, India, dan Amerika Serikat. Bahkan ekonomi Indonesia sudah masuk dalam klub USD1 triliun, atau sepertiga dari ekonominya ASEAN,” katanya.