Staf Ahli Presiden : Kekuatan Global Demoralisasi Pemuka Agama

:


Oleh MC Kabupaten Semarang, Selasa, 27 Februari 2018 | 14:33 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 793


Tuntang, InfoPublik - Pristiwa penganiayaan terhadap pemuka agama yang terjadi di beberapa tempat di tanah air ditengarai bukanlah peristiwa kebetulan.

Staf Ahli Presiden RI bidang UKP-PIP Dr H Zastrouw Al Ngatawi, ada kekuatan global yang bermain untuk melakukan demoralisasi pemuka agama.

Tujuannya jelas untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. “Imbas dari gerakan reformasi, terjadi penghilangan sekat ideologi, norma dan etika. Sehingga ulama dan pemuka agama tidak lagi dihormati dan terjadilah peristiwa penganiayaan itu,” katanya saat menjadi pembicara pada acara orientasi kader ulama yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Semarang di RM Cikal Gading Tuntang, Selasa Siang (27/2).

Acara dibuka oleh Bupati Semarang H Mundjirin dan dihadiri perwakilan Forkompimda. Hadir pula Ketua MUI Kabupaten Semarang KH Miftahudin dan seratusan tokoh agama, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.

Ditambahkannya, gerakan global memiliki kepentingan karena Indonesia merupakan negara yang sangat potensial. Selain kondisi geografis yang strategis, jumlah penduduk yang banyak juga menjadi potensi pasar berbagai produk negara-negara maju.

Karena itu, mereka sangat berkepentingan untuk menanamkan pengaruhnya di tanah air. “Negara kita berpotensi menjadi medan Kurusetra bagi pertentangan berbagai kepentingan global termasuk ideologi, budaya maupun ekonomi,"ujarnya.

Para ulama dan pemuka agama harus memiliki wawasan dan pengetahuan sosial politik yang luas. Sebab mereka masih memiliki dan menjadi panutan sebagian besar warga,” tegas pria yang selalu mengenakan blangkon di berbagai acara.

Menurut doktor lulusan sosiologi UI ini, para ulama dan pemuka agama harus menempatkan diri sebagai salah satu sentral kegiatan sosial kemasyarakatan. Sehingga perlu memiliki pemikiran yang luas dan tidak terbatas dalam keagamaan saja.

Ini dicontohkan, peristiwa penganiayaan pemuka agama, maraknya pengunggahan ajaran-ajaran agama lewat media sosial dan gencarnya pegiat LGBT mengumandangkan eksistensinya juga harus disikapi dengan serius oleh pemuka agama.

“Ulama harus mengantisipasi demoralisasi yang lebih menganjurkan belajar ngaji menggunakan media sosial dibandingkan mendatangi kyai,”jelasnya.

Sementara itu Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Semarang H Sinwani yang juga hadir pada acara itu mengungkapkan pihaknya telah melakukan langkah antisipasi terkait peristiwa penyerangan pemuka agama di beberapa tempat di tanah air.

“Kita telah berkoordinasi dengan petugas keamanan baik TNI maupun Polri untukmengantisipasi hal itu. Saat ini kondisi masih baik dan In Sya Allah tidak terjadi di sini,” ujarnya.

Bupati H Mundjirin saat sambutan pembukaan mengucapkan terima kasih atas peran serta ulama membantu menciptakan suasana daerah yang kondusif.

“Tidak ada ulama yang mengajarkan kekerasan terharap sesama. Karenanya peran dan tugas ulama untuk membimbing umat agar mau menjaga persatuan dan kesatuan sangat kami hargai,” tuturnya.(MC.kab.semarang*/junaedi/eyv)