Padi Hibrida Bisa Dikembangkan di Lahan Kering

:


Oleh MC Provinsi Jawa Timur, Kamis, 1 Februari 2018 | 16:30 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 7K


Surabaya, InfoPublik – Peneliti padi Hibrida Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Provinsi Jawa Timur, Satoto mengatakan petani pesisir pantai selatan pulau Jawa mulai menggemari varietas padi Hibriba yang di tanam di lahan kering.

Hal ini dikatakan Satoto Kamis (1/2) di Surabaya. Ini menunjukkan bahwa padi Hibrida yang selama ini selalu digolongkan sebagai padi sawah, terutama sawah beririgasi teknis, bisa dikembangkan di lahan kering sebagai padi gogo.

Padi Hibrida ditanam untuk pertanaman konsumsi menggunakan benih keturunan pertama (F1), karena akan muncul fenomena genetika yang disebut heterosis, yaitu kecenderungan tanaman F1 untuk tampil lebih baik dibandingkan kedua galur tetuanya.
 
Heterosis dapat muncul pada semua karakter padi dan untuk jenis Hibrida heterosis diharapkan muncul pada karakter potensi hasil (Gabah Kering Giling ton/hektar). Besarnya heterosis ditentukan kekerabatan kedua galur tetua pembentuknya, secara teoritis semakin jauh kekerabatan kedua tetua semakin besar heterosisnya.
 
Dikatakan Sutoto, pada skala komersial, tingkat heterosis ini memiliki standar, dalam satuan persen yang biasanya disebut standar heterosis. Dalam hal ini penampilan Hibrida tidak dibandingkan dengan kedua tetuanya tetapi dibandingkan dengan varietas komersial yang paling populer di daerah target sebagai standar, varietas standar ini bisa berupa varietas inbrida bisa juga berupa varietas Hibrida.
 
Keragaan suatu Hibrida juga ditentukan oleh daya gabung kedua tetuanya apakah mempunyai daya gabung khusus yang baik atau tidak. Sementara kemampuan adaptasi sangat dipengaruhi oleh latar belakang kedua galur tetuanya.

Dicontohkannya, varietas Hipa 8 yang saat ini ditanam di lahan kering pada areal dem-area model pengembangan padi dengan sistem tanam larikan gogo (Largo) di Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, di Jawa Tengah. Ini adalah bukti pengembangkan padi Hibrida dengan model pengembangan sistem produksi padi lahan kering.
 
Penerapan teknologi ini sarat dengan penggunaan benih unggul, biodekomposer, penggunaan pupuk hayati, pengendalian hama dan penyakit tanaman hingga mekanisasi pertanian. Varietas Hipa 8 dilepas tahun 2009 mempunyai keunggulan tahan penyakit hawar daun bakteri, potensi hasil tinggi, rasa nasi enak pulen dan wangi.
 
Prospek pengembangan padi Hibrida dilahan kering tidak perlu dikawatirkan dan tidak perlu ditakuti, karena pegembangan padi Inbrida di lahan kering merupakan salah satu terobosan dalam upaya meningkatkan produktivitas padi, karena memiliki potensi produksi yang lebih tinggi (10-20%) dari padi Inbrida.
 
Varietas ini pernah dilisensi oleh PT Dupont Indonesia dan berkembang di daerah Lampung dan pesisir pantai selatan Jatim, Jateng dan Jabar. Peningkatan hasil padi Hibrida dilahan kering diharapkan mampu mendukung program peningkatan produktivitas padi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap produksi padi nasional.(MC Diskominfo Prov Jatim/non-jal/TR)