Sepanjang 2017, BPBD Jatim Catat Pacitan dan Sidoarjo Terparah Alami Bencana

:


Oleh MC Provinsi Jawa Timur, Rabu, 13 Desember 2017 | 08:09 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 218


Surabaya, InfoPublik – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mencatat sepanjang 2017, Kabupaten Pacitan dan Sidoarjo merupakan dua wilayah terparah yang mengalami bencana dibanding kabupaten/kota lain di Jawa Timur.

Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Sudarmawan mengatakan terdapat dua musim yang terjadi di Jawa Timur yaitu musim hujan dan musim kemarau. Total ada sebanyak 382 bencana tersebar di 38 kabupaten/kota.

“Di Pacitan adalah bencana banjir dan longsor, sedangkan di Sidoarjo bencana angin puting beliung. Total ada sebanyak 141 titik banjir sedangkan kejadian angin puting beliung terjadi sebanyak 35 di sejumlah daerah di Jatim,” ujarnya, Selasa, (12/12) dikonfirmasi Jatim Newsroom.

Ia menjelaskan, terdapat sekitar empat kecamatan terendam banjir dengan ketinggian air rata-rata 50-100 sentimeter, yaitu Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari, san Ngadirejo. Kondisi tersebut membuat sekitar 16.953 warga setempat mengungsi.

Tanah longsor, sambungnya, terjadi di beberapa wilayah di Pacitan, antara lain di jalan di Kecamatan Arjosari dan di Desa Mentoro, Kecamatan Pacitan. Longsor juga terjadi di pemukiman warga di wilayah Desa Karanganyar dan Desa Karangnongko di Kecamatan Kebonagung.

“Soal data detailnya untuk bencana di Pacitan masih dalam pendataan, namun bencana di Pacitan terparah karena cakupannya luas dari daerah lainnya,” ujar Sudarmawan.

Sudarmawan mengungkapkan daerah terparah kedua terjadi bencana di Jatim adalah Kabupaten Sidoarjo, yakni angin puting beliung. Ada tiga desa diterjang bencana angin puting beliung, yaitu Desa Tambakrejo, Desa Tambak Sawah, dan Desa Tambak Sumur di Kecamatan Waru. Akibatnya, 902 bangunan rusak.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim, Yanuar Rachmadi menambahkan masyarakat yang ada di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo diminta tetap mewaspadai ancaman banjir seiring meningkatnya debit air karena curah hujan.

“Mulai dari Ngawi, Madiun, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, dan Gresik terutama yang rumahnya berdekatan dengan sungai Bengawan Solo harus tetap waspada jika sewaktu-waktu air meluap,” urainya.

Yanuar menilai seluruh daerah yang teraliri sungai Bengawan Solo perlu siap siaga setiap waktu, terlebih saat ini curah hujan cukup tinggi. Hal tersebut, menurut Yanuar, merupakan upaya preventif dan antisipatif agar tidak ada korban jiwa ketika tiba-tiba terjadi banjir. (MC Diskominfom Prov Jatim/non-luk)