Kesiapsiagaan Tim SAR Gabungan Menghadapi Ancaman Erupsi Gunung Agung

:


Oleh H. A. Azwar, Jumat, 8 Desember 2017 | 03:26 WIB - Redaktur: Juli - 446


Jakarta, InfoPublik - Memasuki hari ke-11 setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status level IV Gunung Agung pada pukul 6 pagi waktu setempat, kesiapsiagaan personel di lapangan tetap tinggi.

Kesiapsiagaan itu antara lain penempatan tim pencarian dan pertolongan atau search and rescue (SAR) di beberapa titik strategis. Titik strategis tersebut memperhitungkan kemudahan akses dan keselamatan, baik personel maupun warga.

Secara khusus, kendali operasi untuk SAR berada di bawah Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau biasa dikenal sebagai Basarnas. Dalam penanganan tanggap darurat erupsi Gunung Agung yang berlokasi di Kabupaten Karangasem, Bali, Basarnas bersama mitra kerja lain mendirikan pos aju.

"Pos aju ini merupakan pos yang terdekat dengan kawasan berbahaya dan terletak di titik yang sudah diperhitungkan secara matang response time untuk evakuasi," ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Kamis (7/12).

Menurut Sutopo, Basarnas dan mitra kerja lain sebagai Tim SAR gabungan telah mendirikan pos aju di 4 titik, yaitu Rendang, Selat, Les, dan Jasri. Hanya Les yang berada di kabupaten lain, Buleleng. Sementara pos lainnya berada di Kabupaten Karangasem.

"Pos aju ini biasanya berkekuatan 30 – 50 personel Tim SAR gabungan," ujarnya.

Sutopo menambahkan, selain berkekuatan personel, mereka dilengkapi dengan armada dan perlengkapan evakuasi, seperti ATV (All Terrain Vehicle), truk dan tandu. Tim SAR merupakan ksatria kemanusiaan di setiap penanganan darurat. Mereka selalu berada di garis depan untuk mencari dan menyelamatkan warga yang terancam bahaya. Namun demikian keselamatan tetap menjadi prioritas tertinggi bagi para responder dalam upaya penanganan darurat di medan bencana.

Sementara itu, menghadapi ancaman erupsi Gunung Agung yang aktivitas vulkaniknya masih tinggi diperlukan kesiapsiagaan tinggi. Belajar dari letusan 1963 yang sangat eksplosif dan berdampak luas menjadi perhatian untuk seluruh pihak, baik masyarakat dan para pelaku penanganan darurat.

Hingga 6 Desember 2017, pukul 18.00 waktu setempat, BNPB mencatat jumlah pengungsi pada jumlah keseluruhan 66.716 jiwa. Mereka tersebar di 225 titik pos pengungsian. Jumlah titik pos pengungsian tertinggi di Kabupaten Karangasem, 129 titik dengan jumlah 39.486 jiwa.