Tari Sikambang Anak Mukomuko Pukau Penonton Lewat Syair

:


Oleh Diskominfo kab mukomuko, Kamis, 30 November 2017 | 02:09 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 3K


Mukomuko, Infopublik - Selain tari tradisional Gandai yang sudah cukup terkenal, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu juga memiliki kesenian tari-tari lain yang apik dan penuh dengan makna, salah satunya tari Sikambang Anak.

Seniman Mukomuko asal Kecamatan Pondok Suguh yang tergabung dalam Sanggar Palito Air Berau, Makruf (47) menjelaskan, bahwa asal muasal Tari Sikambang Anak dipercaya dari daerah Pondok Suguh tepatnya di Desa Air Berau. Tari ini bermula dari sebuah lenggenda masyarakat setempat yang kemudian dituangkan dalam sebuah gerakan tari oleh seniman terdahulu.

“Gerangkan tari ini lebih kepada gerakan pencak atau silat,” katanya saat dijumpai di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Mukomuko, Senin (28/11/2017).

Meskipun tari ini hanya diiringi satu alat musik yakni gendang, namun gerakan demi gerakan yang seirama dengan gendang dapat memukau penonton serta syair yang dilantunkan dapat membius penonton pada demensi penghayatan makna tari yang lebih dalam.

“Sebenarnya syair itu adalah pantun yang kami nyanyikan dengan nada bujukan. Pantun itu merupakan pantun orang terdahulu yang penuh dengan sindiran, seperti kita ketahui orang dulu jarang menyampaikan sesuatu secara belak-belakan, namun melalui sindiran seperti pantun,” terangnya.

Apa makna yang bisa diambil daroitari Skambang Anak? Makruf menguraikan, tari ini menceritakan tentang perceraian antara suami istri, yang mana pasangan ini telah memiliki seorang anak yang masih bayi. Akibat perceraian itu, sang suami meninggalkan sang istri dan anak yang basih bayi itu.

Suatu ketika, si anak jatuh sakit, tapi sang ibu kebingungan untuk membawa anaknya berobat ke dukun (orang yang mampu menyembuhkan penyakit kala itu,red), akhirnya sang ibu memutuskan untuk menemui suaminya yang telah lama meninggalkannya dengan maksud memberi tahu kondisi anak mereka yang sedang sakit.

Pada akhirnya, ibu yang membawa bayinya dengan cara menggendong tadi bertemu dengan suaminya dan disampaikanlah maksud dan tujuan tadi. Namun sayang pada pertemuan itu justru sang suami ingin merebut anak yang sedang digendongnya dan terjadilah perkelahian antara ibu dan ayah demi merebut si buah hati.

Menurut cerita rakyat yang digambarkan dalam Tari Sikambang Anak. Sang ibu berkelahi sembari menggendong si anak yang dia ikatnya dengan kain. Selangkah demi selangkah si Ibu menghindari serangan lelaki yang merupakan suaminya sendiri dimana ditangan lelaki itu memegang pisau.

Dari pergulatan suami istri ini, si anak tidak pernah lepas dari tangan si ibu, menyadari kegigihan istrinya, akhirnya sang suami mengaku kalah dan perkelahian itu berujung pada rujuknya pasangan ini, merekapun berkomitmen untuk membawa anaknya berobat secara bersama.

“Cerita inilah yang dituangkan dalam tari ini. Pada intinya tari ini menggambarkan kasih sayang serta cinta ibu kepada anak,” ujarnya.

Tari Sikambang Anak hanya dilakoni oleh dua orang yang berperan sebagai suami istri. Uniknya, pada tari ini, untuk pelakon si istri itu diperankan oleh seorang laki-laki yang dirias serupa wanita.

Makruf mengatakan belum ada penelitian pasti kapan tari ini mulai ditampilkan, namun sejak dulu secara turun menurun tari ini tetap lestari sampai sekarang, salah satu sanggar yang masih mempertahankan tari ini adalah Sanggar Palito Air Berau.

“Alhamdulillah tari ini masih diterima oleh masyarakat Mukomuko dan masih kerap tampil pada acara pesta dan ditampilkan pada kegiatan-kegiatan besar lainnya. Kami juga berharap ada dukungan pemerintah dalam upaya pelestarian dan pengembangan kesenian daerah,” pungkasnya. (MC Mukomuko/AM)