Dewan Pers Akui Berita Hoax Kian Marak

:


Oleh MC Provinsi Jawa Timur, Kamis, 19 Oktober 2017 | 15:00 WIB - Redaktur: Tobari - 226


Surabaya, InfoPublik - Informasi hoax atau palsu melalui media sosial kian marak terjadi. Hal itu diakui oleh Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo, yang kerap menangani persoalan berita yang menyampaikan informasi hoax yang berasal dari media sosial.

"Beberapa waktu lalu saya ke Hongaria untuk menghadiri pertemuan dewan pers negara di Eropa. Ternyata persoalan ini (hoax) juga banyak terjadi di Eropa seperti Jerman, Georgia, bahkan Spanyol dan Catalunya juga mengalami hal yang sama," kata Stanley saat ditemui di Sidoarjo, Kamis (18/10).

Ia menjelaskan, informasi hoax bertujuan memecah belah antar agama, umat, dan kelompok yang berbeda pandangan. Untuk itu, pihaknya bersama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) juga bersama media massa melakukan deklarasi anti hoax.

Menurut dia, pasca Pilpres 2014 kepercayaan publik terhadap media massa atau pers cenderung berkurang. Sehingga, masyarakat lebih cenderung percaya pada informasi dari media sosial yang belum tentu kebenarannya atau lebih banyak hoaxnya.

Ia memisalkan kasus yang menimpa musisi Ahmad Dhani (AD). Melalui akun medsosnya, ada informasi bahwa AD akan memotong kemaluannya jika Prabowo kalah dari Jokowi saat Pilpres 2014. Faktanya, info tersebut salah karena akun medsos itu bukan milik AD atau dipalsukan dengan foto dan nama yang sama.

Sedangkan media massa, lanjut dia, terlanjur memberitakan info hoax tersebut tanpa klarifikasi pada AD. Dalam hal ini, kata Stanley, Dewan Pers memediasi media massa dengan AD sehingga info yang menjadi viral dan meme di dunia maya bisa diluruskan kebenarannya.

Kasus terbaru, pihaknya mendapatkan laporan pengaduan terkait Ketua KSP  Teten Masduki yang diberitakan menerima uang Rp250 miliar untuk mengerjai Panglima TNI. Ternyata, lanjut dia, media yang memberitakan itu abal-abal dan kosong kantornya. Dewan Pers pun menyerahkan kasus tersebut ke Mabes Polri.

Untuk mereduksi informasi hoax, ia meminta pada pers untuk bisa kembali merebut kepercayaan publik. Hal itu dilakukan dengan memberikan berita yang berimbang dan benar agar informasi hoax tidak semakin berkembang. Salah satunya dengan meningkatkan kompetensi bagi wartawan. (MC Diskominfo Prov Jatim/non-afr/toeb)