Suroan Sebagai Ungkapan Syukur Pada Yang Maha Kuasa

:


Oleh dishubkominfo kab serdang bedagai, Minggu, 15 Oktober 2017 | 14:31 WIB - Redaktur: Tobari - 735


Serdang Bedagai, InfoPublik –  Sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT, jajaran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) menggelar acara Syukuran Suroan/Tahun Baru Islam 1 Muharram 1439 H/Tahun 2017, di kediaman Bupati Soekirman di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan, Jum’at (13/10).

Acara diisi dengan kirim doa syukur 1 Muharram dilanjutkan makan kenduri bersama dan pertunjukan wayang kulit.

Turut  hadir dalam kegiatan tersebut Ketua DPRD H. Syahlan Siregar, ST, Kajari Sergai Jabal Nur, SH, MH, Kapolres AKBP Eko Suprihanto, SH, SIK, MH, Wabup Darma Wijaya, Asisten Ekbangsos Ir. Kaharuddin, Asisten Adum H. Karno, SH, MAP, Staf Ahli, Ketua TP PKK Ny. Hj. Marliah Soekirman.

Ketua DPC GOPTKI Ny. Hj. Rosmaida Darma Wijaya, Ketua DWP Ny. Hj.Khairani Hadi Winarno, Kepala OPD, para Camat, Pimpinan Bank Sumut Sei Rampah Sujendi, Ketua BM3 Sergai Yunasril, SH, MH, Ketua Paguyuban Temu Kangen Bedah Budaya H. Poniman, dan Ketua Paguyuban Suko Budoyo Henri Suharto.

Bupati Sergai H. Soekirman dalam sambutannya, menyampaikan bahwa hari ini merupakan ungkapan syukur karena dalam agama Islam jika kita bersyukur maka nikmat akan ditambah oleh Allah Yang Maha Kuasa.

Oleh karenanya, makna Suroan khususnya bagi suku Jawa selalu menganggap bulan ini adalah bulan yang sakral. “Namun bagi orang Jawa dahulu masih memaknai Suroan dengan ritual-ritual khusus seperti ruwatan benda-benda bersejarah,misalnya keris dan lain-lain,” ungkapnya.

Selain itu, dahulunya Suroan juga identik dengan pagelaran wayang kulit sebagai alat tontonan agar menjadi tuntunan kehidupan dan semampu-mampunya menggunakan wayang ini sebagai sarana pendidikan masyarakat.

Bupati menganalogikan pada lakon wayang yang dimainkan ki dalang di sela-sela acara tersebut, adalah ibarat Limbok (Pimpinan) menyampaikan titah kepada Camat tentang raihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Hal ini karena Limbok ingin masyarakat mengerti bahwa pembangunan itu ibarat memasak kue bolu. Jadi yang dibutuhkan adalah partisipasi masyarakat ibarat api pemanggang dari bawah, sedangkan pemerintah ibarat api pemanggang dari atas sehingga bolu atau hasil pembangunan tersebut dapat matang dengan sempurna dan dapat dinikmati guna kesejahteraan masyarakat.

Kemudian makna lainnya, yaitu kirim doa Suroan dan mensyukuri Tahun Baru Islam serta meruat (melestarikan) seni wayang sebagai warisan budaya yang sangat penuh makna kehidupan. Hal ini bagi masyarakat khususnya paguyuban Jawa, tidak turut dalam politik.

"Sebagai Bupati-Wakil Bupati serta seluruh unsur pemerintah kami mohon doa untuk Sergai yang aman tentram kertoraharjo dan jauh dari fitnah-fitnah serta provokasi yang menjelekkan pemerintahan,” kata Bupati Soekirman.

Sementara itu Wabup Darma Wijaya mengapresiasi kepada paguyuban ini yang telah berjalan 11 tahun. Ke depannya agar melestarikan budaya sebagai pondasi bangsa.

Disampaikan Wabup, saat berkunjung ke Jepang beberapa hari yang lalu dalam rangka mendampingi Tim Arung Jeram Indonesia berlaga di kancah Internasional, bahwa bangsa tersebut sangat menjunjung tinggi budaya yakni dengan mengutamakan bahasa dan budaya Jepang itu sendiri.

Untuk itu diminta kepada Paguyuban terus semangat dan berjuang melestarikan budaya, karena dengan budaya kita bisa maju dan dengan budaya kita bisa tetap bersatu, kata Wabup Sergai.

Sedangkan Ustadz Mawardi selaku mewakili masyarakat menyampaikan rasa syukur dan apresiasi diadakanya acara bulan Suro atau Muharram ini sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa.

Dikisahkannya, dahulu tentang perkembangan wayang beradaptasi dari patung menjadi wayang kulit berbentuk gepeng guna menyesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Wayang digunakan oleh para Sunan untuk menyebarkan agama Islam di bumi nusantara dengan berbagai lakon dari yang jahat maupun yang baik, sebagai perbandingan sifat manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu, hendaknya pemimpin-pemimpin di Tanah Bertuah Negeri Beradat ini memiliki jiwa kenegaraan dan sosial seperti yang dimiliki Bupati Soekirman dan Wabup Darma Wijaya saat ini.

Oleh karenanya dipesankan kepada orang-orang Jawa maupun suku lain yang berminat untuk belajar dalang wayang maka telah disediakan pembimbing dalang yang berasal dari Sergai sendiri, ujarnya.

Kemandirian dari paguyuban-paguyuban ini lanjut Mawardi, perlu dirembukkan untuk menjaga kekompakan dan kelestarian budaya. Kemudian jaga kepercayaan orang dengan tertib administrasi, tertib program dan tertib jadwal serta bahwa kita ibarat rumput kecil namun dapat mempengaruhi nasib bangsa ditahun-tahun berikutnya. (MC Sergai/vivi/toeb)