Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Upaya Pelestarian TNBNW

:


Oleh MC Kabupaten Bone Bolango, Jumat, 15 September 2017 | 19:43 WIB - Redaktur: Tobari - 625


Bone Bolango, InfoPublik – Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) memiliki banyak potensi wisata alam yang masih belum dikembangkan secara maksimal.

Potensi wisata alam tersebut meliputi pemandangan alam, seperti air terjun Lombongo, deretan tebing karstz Hungayono, nesting ground burung maleo Hungayono, camping ground Peyapata.

Selain itu, flora fauna seperti maleo, anoa, babi rusa, rangkong, tarsius, kayu hitam, cempaka, berbagai jenis bambu, anggrek, kantong semar, serta cita rasa kopi lokal yakni Kopi Pinogu dan Kopi Kotamobagu.

Potensi lainnya, di antaranya adat istiadat dan budaya masyarakatnya, seperti tarian Kabela, Saronde, kerajinan kerawang, dan lain sebagainya.

”Jika semua potensi tersebut dikemas dengan baik serta dikembangkan bersama masyarakat, maka akan jadi sebuah kekuatan dalam mempertahankan kelestarian taman nasional, khususnya TNBNW,”kata Kepala Balai TNBNW Noel Layuk Allo pada pelatihan pengembangan ekowisata di desa penyangga TNBNW wilayah Kabupaten Bone Bolango, di Hotel Centris Kota Gorontalo, Kamis (14/9).

Noel mengakui selama ini kegiatan pengembangan ekowisata masih terbatas dalam program-program terkait pengelolaan TNBNW. Padahal kebutuhan untuk mengembangkan kegiatan tersebut sangat tinggi.

”Sebenarnya pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa-desa penyangga itu merupakan bagian penting dalam pengembangan konservasi di TNBNW,”ujarnya.

Untuk itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan langkah-langkah perencanaan yang baik sekaligus penguatan kapasitas kelembagaan, baik di level resort maupun di level desa. Salah satunya melalui kegiatan pelatihan pengembangan ekowisata di desa peyangga.

Menurutnya, kegiatan pelatihan pengembangan ekowisata ini sangat penting dilaksanakan dalam rangka untuk kelestarian TNBNW sesuai dengan prosedur yang diamanatkan dalam dokumen proyek dan rencana kerja tahun 2017.

”Pelatihan ini perlu dilakukan guna membangun kapasitas kelembagaan yang ada di desa penyangga dan resort-resort di TNBNW, khususnya terkait pengembangan ekowisata berbasis masyarakat ini sebagai bagian penting untuk upaya pelestarian kawasan TNBNW,”paparnya.

Sementara itu, Staf Ahli Bupati Bone Bolango Bidang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Infrastruktur Jumaidil mengatakan, Kabupaten Bone Bolango memiliki luas 188.006,34 hektare.

Dari luas tersebut, sebagian besar merupakan kawasan hutan, yakni 140.098,14 hektare atau 74,52%. Sementara sisanya, yakni areal penggunaan lain atau bukan kawasan hutan 47.908,20 hektare atau 25,48%.

Dengan kondisi ini, kata Jumaidil, telah mengakibatkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi produktif di daerah ini sangat terbatas.

Sehingga dengan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa peyangga TNBNW, ini memungkinkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan usaha untuk meningkatkan ekonominya di dalam kawasan TNBNW yang tentunya sesuai dengan kaidah dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Dia menambahkan dengan kondisi Kabupaten Bone Bolango yang mayoritas merupakan kawasan taman nasional, dimana pemerintah daerah telah berkomitmen menjadikan Bone Bolango sebagai kabupaten konservasi. Ini tentunya harus memberikan kontribusi yang baik antara masyarakat dengan lingkungan kawasan hutan.

“Kawasan hutan harus memberikan kontribusi peningkatan ekonomi bagi masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat harus memberikan kontribusi yang baik untuk kawasan hutan, dengan mampu menjaga kelestarian daripada kawasan hutan itu sendiri,” katanya.

Berdasarkan pantauan di lokasi, pelatihan yang menghadirkan narasumber dari berbagai instansi, trainer dan Yapeka Bogor ini, dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 14-17 September 2017 dan diikuti 50 peserta, terdiri dari pemerintah daerah, staf kecamatan dan masyarakat desa sekitar TNBNW di wilayah Kabupaten Bone Bolango, akademisi, NGO dan staf TNBNW. (MC Bone Bolango/Hms/Kadir/toeb)